Kupu-kupu adalah ulat yang menunaikan tugas
Minggu pagi, seorang murid berhadapan dengan
gurunya. Lantas sang murid bercerita, “Saya suka berbicara dengan ulat guru,”
katanya mantap.
“Apa yang kau bicarakan nak dengan sang ulat,
mungkin jawabannya sama dengan yang dikatakannya padaku?”, Tanya sang guru tidak heran.
“Kata ulat, ia akan bersahabat dengan
sahabatnya. Saya tidak takut pada ulat, makanya ulat tidak pernah membuat saya
gatal, karena saya sahabatnya. Begitulah jika manusia bersahabat dengan alam,
maka alam juga akan bersahabat dengan kita,” ujarnya polos tanpa beban.
“Baiklah nak, jika begitu akan kuceritakan obrolanku bersama sang ulat.”
Sang guru, membetulkan posisi duduknya. Sorot
cahaya kuning menembus diantara celah kaca
bening, masih ada titik embun diantara dedaunan.
“Begini nak, seekor ulat, hidup menjadi ulat
ada masanya. Ada waktu yang telah ditentukan agar dirinya menjadi ulat. Selama
menjadi ulat, dia makan daun, dia merayap tidak terbang, dia bertahan tetap menjadi
ulat sampai waktu yang ditentukan. Dia menerima cacian, makian, tidak sedikit
pula ancaman pembunuhan karena ketakutan akan kehadirannya, tapi dia yakin pada
ketetapan Tuhan yang menciptakn bahwa akan ada saat dimana semuanya berganti
ketika dia telah menunaikan tugasnya menjadi seekor ulat,” ujar sang guru
menerangkan dengan cermat tentang kisah ulat dan pelajaran yang dapat diambil.
“Lantas, bagaimana ketika dia menjadi kepompong?” Murid mulai tertarik lebih jauh
tentang obrolan sang guru dengan ulat.
“Begitupun, ketika dia menjadi kepompong, ia
ada masanya. Ada waktu yang ditentukan berapa lama dia menjadi kepompong. Selama
itu, ulat menggantungkan diri, bukan hanya menggantungkan diri di ranting pohon
tetapi juga menggantungkan harapan hanya kepada penciptanya, bertahan dalam
sepi untuk menanti satu saat yang dijanjikan-Nya. Kuat dalam terpaan karena ada
sesuatu yang disongsongnya, menjadi sesuatu yang Indah. Hingga pada akhirnya,
dia keluar menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Dikejar anak-anak. Kamu
perhatikan nak, bagaimana kehidupan seekor kupu-kupu, dia hinggap tanpa merusak, dia tidak makan
kecuali makanan yang baik dari sesuatu yang indah, yakni nektar dari bunga
yang cantik. Meskipun dia telah menjadi
sesuatu yang dibanggakan, tidak lantas menjadikannya lupa diri untuk bersyukur, dia tetap menyadari bahwa
kehidupan adalah penantian kematian. Dia sadar akan ada saatnya dia mati. Maka
dia harus memberikan manfaat sebelum waktunya berakhir. Dia menebar manfaat dengan mengawinkan bunga, agar semakin banyak bunga yang tumbuh
dan menghiasi alam. Akhirnya, ketika dia meninggal, dia dikenang sebagai kupu-kupu yang indah bukan sebagia ulat
yang ditakuti. Dia menjadi kupu-kupu setelah tunai tugas menjadi ulat.” Sang
guru tersenyum mengakhiri kisah sang ulat.
“Apa hikmahnya
bagi kita dan perjalanan
kehidupan ini?”
“Mempunyai tujuan dan menyadari waktu. Menyadari kita hidup di
dunia ini ada waktunya, dan setiap waktu itu ada tugas yang harus kita
tunaikan.”
“Tugas apa yang harus kita tunaikan sebagai
manusia?”
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Bagitulah Firman-Nya. Sejak diutus Nabi Adam hingga berakhir
pada Kenabian Muhammad, mereka membawa satu tugas yang sama yakni mengajak
manusia untuk bertauhid. Begitupun dengan tugas kita nak, dakwah mengajak
manusia untuk kembali bertauhid. Jalan Dakwah yang ditempuh para Rasul seperti
ulat tadi, mereka dihadapkan pada cacian, makian, tantangan pada keadaan, pengusiran karena kehadirannya, dan tidak sedikit
mereka dibunuh tanpa alasan yang hak. Begitupun bagi orang-orang yang menepuh
untuk meniti jejak kehidupan dan perjalanan para Rasul dalam menegakkan
Kalimatullah. Tapi, karena yakin pada batas masa, maka semua itu tidak
membuatnya menyerah, yakin akan kemenangan agung yang dijanjikan Allah bagi
yang memperjuangkannya”
“Masyaallah, ini sungguh pembacaan alam
yang menarik dan obrolan yang tidak
sia-sia.”
“Iyah nak, belajarlah dari perjalanan ulat
hingga menjadi kupu-kupu. Menurutmu, pelajaran apa yang dapat kau ambil ketika
ulat menjadi kepompong?”
“Hanya bergantung kepada-Nya guru,” jawab sang
murid percaya diri.
“Selain dari itu? Adakah pelajaran yang lain?”
“Cukup sekian dulu guru, sepertinya saya masih
memerlukan ilmu untuk membaca pesan ini. Sekiranya guru berkenan memberikan
jawab lain?”
“Kepompong bukan hanya bergantung pada ranting
tetapi juga menggantungkan segala harapan pada penciptanya. Begitupun
keberadaan kita di dunia ini nak, hidup jangan hanya numpang di dunia, tapi
harus ada kerjaan. Bagaimana menurutmu?”
“Maksudnya?”
“Kepompong menggantungkan diri di ranting atau
kasarnya bisa kau sebut menumpang, bukan hanya sekedar menumpang hidup dalam
proses, tapi ada sesuatu yang sedang dituju. Dia tidak merugikan yang
ditumpanginya. Dalam diamnya dia bertasbih memuji Allah, dan dia tawakal pada
usahanya. Adapun hasilnya nanti dia berhasil jadi kupu-kupu atau dia harus
meninggal di dalamnya, itu adalah urusan Allah. Dakwah pun demikian, lakukan
apa yang bisa kita lakukan, urusan seseorang itu menerima kebenaran atau tidak
serahkan semuanya kepada Maha Pemberi Hidayah yang lebih mengetahui, adapun
kita tidak berhasil mengajak kebaikan kepada orang, setidaknya kita sedang ada
dalam proses menuju kupu-kupu kan? Kita
hidup didunia, di alam ini jangan hanya menumpang hidup, jangan merusak, dan
harus ada sesuatu yang menjadi tujuan. Lakukan usaha dengan maksimal, doa
dengan penuh kenyakinan adapun hasil serahkan kepada Allah yang Maha
Mengetahui.”
“Saya mulai terbuka mengambil pelajaran ini.
Lantas ketika telah menjadi kupu-kupu? Kita diajarkan untuk tetap bersyukur.
Bukan begitu guru?”
“Iyah benar nak. Jika suatu saat nanti kita
berhasil pada apapun yang kita perjuangkan, jangan lantas membuat kita lupa
diri. Jika kupu-kupu dikejar-kejar anak-anak, mungkin kamu suatu saat nanti
dikejar orang-orang, minta tandatangan, minta selfie bareng, atau orang
menyanjung keindahan dankesuksesanmu, hal itulah yang harus kamu waspadai.
Ingat waktumu dengan keindahan, kesenangan, kemenangan, semua itu juga ada
batasnya. Kala kau mendapat keindahan sayap sang kupu-kupu bahkan kau bisa
terbang kemana pun yang kau mau jangan melupakan Sang Maha Pemberi Keindahan.
Jangan lupakan kewajiban-kewajiban yang harus kamu tuntaskan sebagai seorang
manusia.”
“Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam,
yang telah memberikan cahaya Ilmu –Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Syukron
Jazakumullah atas pelajaran pagi berteman embun ini. Pelajaran pagi ini, sungguh laksana embun itu
guru.” sang murid menunjuk tetesan embun di hadapannya. “Saat ini bukan hanya
daun yang mendapat kesejukan dari embun , tapi juga hatiku dengan untaian
hikmah darimu. Jernihnya embun menyejukan mataku, begitupun jika hati kita
jernih menerima nasihat maka akan menyejukan mata batin kita”.
Minggu pagi itu, menjadi sejarah berfikir bagi
sang murid.
Begitulah
sahabatku, satu ayat Allah di semesta-Nya menyimpan berbagai ilmu untuk
mendekatkan diri kita pada-Nya. Sebuah
renungan mendalam yang akan melahirkan tindakan pengakuan pada kebesaran-Nya.
Kita bisa membaca pada alam, belajar pada makhluk lain di sekitar. Kita bisa
bertanya pada mereka tentang tasbihnya pada penguasa alam. Diamnya batu adalah keikhlasannya
pada ketentuan Allah, beraraknya awan adalah bentuk kepatuhannya menjalankan
perintah Allah, mengalirnya air adalah
ketaatan pada ketetapan Allah,
maka renungkanlah apa bentuk ketaatan kita sebagai manusia kepada Tuhannya.
Matahari yang Mendekati Malam
Matahari dan rembulan
tidak pernah saling menyalahkan
Siapa diantara keduanya
yang pertama kali harus terbenam
Matahari dan rembulan
Beredar menurut perhitungan yang telah ditentukan
Tiada menyalahi ketetapan Tuhan
Bentuk ketaatan yang tidak terbaca
Jika kau maknai sebatas kata
Bercengkramlah dengan alam
Termasuk pada dia sang rembulan
Selamanya dia tidak akan dendam
Meski matahari mendekati malam
Karena rembulan pun mendekati siang
2 komentar :
Syukran Jazakillah sharingnya sangat bermanfaat..
Sangat termotivasi lg untuk menjalankan fungsi dan peran manusia, mengajak manusia bertauhid.
Izin share ya..
'Afwan... Alhamdulillah kalau bermanfaat, semoga kitapun menjadi orang-orang bermanfaat.
Masya Allah... aamiin semoga kita menjadi barisan yang memperjuangkan tauhid.
Falyatafadol.
Posting Komentar