Elegant Rose - Working In Background Coretan NiiFiYa: Hatimu Cahayamu

Sabtu, 04 Juni 2016

Hatimu Cahayamu



H

Hatimu Cahayamu

Abu Al-Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idi ra berkata bahwa seseorang datang kepada Nabi saw seraya berkata, “ Wahai Rasulullah tunjukanlah saya pada suatu pekerjaan yang jika mengerjakannya niscaya saya dicintai Allah dan dicintai umat manusia.”
Rasulullah saw bersabda, “ Zuhudlah engkau akan dunia, niscaya Allah mencintaimu, dan zuhudlah engkau akan apa yang ada pada manusia, niscaya mereka mencintaimu.”
( Hadits Hasan. HR. Ibnu Majah)

Ikhlas bukan hal yang mudah tapi bukan pula hal yang tidak mungkin.  Apakah tidak ada jalan kemudahan dalam kesulitan? Jawabannya selalu ada!. Hal sulit bukan berati tidak bisa dilakukan hanya saja lebih membutuhkan waktu dan  pengorbanan yang besar. So…it is difficult, but not impossible.
Ketika Mencintai  dalam Ketulusan!
            Saat kecewa pada seseorang yang dicintai, bukan berpikir untuk melepaskan cinta dalam hati lalu berpikir untuk melupakan orang tersebut, Jangan! Tapi berpikirlah bagaimana cara untuk tetap bertahan dan tetap memberi arti. Kita pernah marah orang tua, saudara, sahabat, teman, kawan seseorang yang kita kenal, pejamkan mata dan katakana, “aku mencintai dengan tulus karena ketulusan tidak mengenal penyesalan,begitupun cintaku tidak hilang untuk  mereka karena kecewa yang kecil”.
Banyak hal kecil yang kita lupakan untuk dicintai dengan tulus.  Mulai dari diri kita sendiri. Coba kita ingat-ingat kapan terakhir kali kita mengatakan pada  diri sendiri, “Saya mencintai diri sendiri, dan mencintai orang-orang dalam kehidupan ini. Saya mencintai diri sendiri! sebab karena itu, saya tidak akan meruksak diri ini  dengan hal-hal yang merugikan!”. Ingat kapan terakhir kali kita mengungkapkan cinta pada diri kita? Jika lupa, maka lakukan itu sekarang ketika membaca ini.
            Saat iri, benci, dengki, dan penyakit hati lainnya mulai berbisik dalam kalbu seraya tumbuh, bukan berpikir bagaimana cara untuk meyakiti (mengaplikasikannya) tapi ketulusan itu adalah berpikir bagaimana cara untuk tidak menyakiti.
Seseorang yang mencintai dengan ketulusan dia akan mampu tetap terseyum ketika orang yang dicintainya bahagia, walaupun tidak bersamanya. Emm….sepertinya fokus mulai mengarah pada cerita cinta  “sekeping hati” antara kau dan dia. Iya kan? Oke, kita kembali fokus pada topik utama. Mungkin sebuah ungkapan itu sudah menjadi hal biasa yang didengar oleh kita, namun dalam kenyataannya dapatkan kita benar-benar mengaplikasikannya.
            Ketulusan itu tidak mengharapkan balasan dari apa yang diberikan ataupun atas apa yang telah dilakukan. Ketulusan itu selalu mengajarkan bagaimana kita harus bersikap dan bertindak.
Ketika disakiti, belajarlah untuk memaafkan. Sadari dan pahami bahwa manusia tempat salah dan benar. Kita tidak akan menemukan kebenaran kalau tidak terjadi kesalahan. Disakiti bukan berarti untuk menyakiti. Maafkanlah orang yang telah menyakiti dan berdo’a lah jangan sampai kita menyakiti orang lain, karena kita tahu dan merasakan bagaimana sakitnya hati ketika orang lain melukai. Maafkanlah dengan tulus dan melupakan semua kejadian yang menyakitkan memang tidak mungkin karena manusia punya memori sebagai fitrah untuk mengingat. Namun, dengan memaafkan kita merubah suatu hal yang negative menjadi positif .
Ketika dendam, belajarlah untuk bersahabat. Dendam salah satu penyakit yang bisa menyebabkan orang buta hatinya. Dendam  hanya mengajarkan untuk memuaskan hawa nafsu yang bertentangan dengan nurani suci. Belajar untuk mengenal orang yang kita dendam. Saat kita telah bisa bersahabat dengannya,  maka hati akan menemukan ketulusan sebagai tali persahabatan dan menyirnakan rasa dendam di hati.

Tidak ada komentar :