H
Hatimu Cahayamu
Abu Al-Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idi ra berkata bahwa seseorang
datang kepada Nabi saw seraya berkata, “ Wahai Rasulullah tunjukanlah saya pada
suatu pekerjaan yang jika mengerjakannya niscaya saya dicintai Allah dan
dicintai umat manusia.”
Rasulullah saw bersabda, “ Zuhudlah engkau akan dunia, niscaya
Allah mencintaimu, dan zuhudlah engkau akan apa yang ada pada manusia, niscaya
mereka mencintaimu.”
( Hadits Hasan. HR. Ibnu Majah)
Ikhlas bukan hal yang mudah tapi
bukan pula hal yang tidak mungkin. Apakah
tidak ada jalan kemudahan dalam kesulitan? Jawabannya selalu ada!. Hal sulit
bukan berati tidak bisa dilakukan hanya saja lebih membutuhkan waktu dan pengorbanan yang besar. So…it is
difficult, but not impossible.
Ketika Mencintai dalam Ketulusan!
Saat kecewa pada
seseorang yang dicintai, bukan berpikir untuk melepaskan cinta dalam hati lalu
berpikir untuk melupakan orang tersebut, Jangan! Tapi berpikirlah bagaimana
cara untuk tetap bertahan dan tetap memberi arti. Kita pernah marah orang tua,
saudara, sahabat, teman, kawan seseorang yang kita kenal, pejamkan mata dan
katakana, “aku mencintai dengan tulus karena ketulusan tidak mengenal
penyesalan,begitupun cintaku tidak hilang untuk
mereka karena kecewa yang kecil”.
Banyak hal kecil yang kita lupakan untuk dicintai dengan
tulus. Mulai dari diri kita sendiri.
Coba kita ingat-ingat kapan terakhir kali kita mengatakan pada diri sendiri, “Saya mencintai diri sendiri,
dan mencintai orang-orang dalam kehidupan ini. Saya mencintai diri sendiri!
sebab karena itu, saya tidak akan meruksak diri ini dengan hal-hal yang merugikan!”. Ingat kapan
terakhir kali kita mengungkapkan cinta pada diri kita? Jika lupa, maka lakukan
itu sekarang ketika membaca ini.
Saat iri, benci, dengki,
dan penyakit hati lainnya mulai berbisik dalam kalbu seraya tumbuh, bukan
berpikir bagaimana cara untuk meyakiti (mengaplikasikannya) tapi ketulusan itu
adalah berpikir bagaimana cara untuk tidak menyakiti.
Seseorang yang mencintai dengan
ketulusan dia akan mampu tetap terseyum ketika orang yang dicintainya bahagia,
walaupun tidak bersamanya. Emm….sepertinya fokus mulai mengarah pada
cerita cinta “sekeping hati” antara kau
dan dia. Iya kan? Oke, kita kembali fokus pada topik utama. Mungkin
sebuah ungkapan itu sudah menjadi hal biasa yang didengar oleh kita, namun
dalam kenyataannya dapatkan kita benar-benar mengaplikasikannya.
Ketulusan itu
tidak mengharapkan balasan dari apa yang diberikan ataupun atas apa yang telah
dilakukan. Ketulusan itu selalu mengajarkan bagaimana kita harus bersikap dan
bertindak.
Ketika disakiti, belajarlah untuk
memaafkan. Sadari dan pahami bahwa manusia tempat salah dan benar. Kita tidak
akan menemukan kebenaran kalau tidak terjadi kesalahan. Disakiti bukan
berarti untuk menyakiti. Maafkanlah orang yang telah menyakiti dan berdo’a
lah jangan sampai kita menyakiti orang lain, karena kita tahu dan merasakan
bagaimana sakitnya hati ketika orang lain melukai. Maafkanlah dengan tulus dan
melupakan semua kejadian yang menyakitkan memang tidak mungkin karena manusia
punya memori sebagai fitrah untuk mengingat. Namun, dengan memaafkan kita
merubah suatu hal yang negative menjadi positif .
Ketika dendam, belajarlah untuk
bersahabat. Dendam salah satu penyakit yang bisa menyebabkan orang buta
hatinya. Dendam hanya mengajarkan untuk
memuaskan hawa nafsu yang bertentangan dengan nurani suci. Belajar untuk
mengenal orang yang kita dendam. Saat kita telah bisa bersahabat dengannya, maka hati akan menemukan ketulusan sebagai
tali persahabatan dan menyirnakan rasa dendam di hati.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar