Elegant Rose - Working In Background Coretan NiiFiYa: Juni 2016

Senin, 27 Juni 2016

Putus Asa?



P

Putus Asa?  
Karena kita tidak tahu…
“Aku lelah berdakwah,” kataku saat itu. “Aku sudah sering mengingatkan dia, tapi dia tetap seperti itu,” katamu pada hari itu. “Aku tidak tahu lagi caranya mengajak dia  kepada jalan kebaikan,” katanya  suatu hari.  Sahabatku… akan ada saatnya kita  merasakan  lelah mengajak pada kebaikan.  Jangan putus asa pada  sebuah penolakan, karena kita tidak tahu di detik yang mana hidayah itu menyapa.
Karena kita tidak tahu…
Kita berusaha  sembilan puluh sembilan kali namun gagal, lalu kita berhenti pada saat itu, padahal Allah menyimpan kesuksesan pada usaha yang ke-seratus kali.
Karena kita tidak tahu, seperti apa cara Allah mengabulkan doa, yang harus kita tahu bahwa Allah akan selalu menghargai usaha setiap hamba-Nya.
It’s not that I’m so smart, it’s just that I stay with problems longer (Albert Einstein)
“Bukan karena saya sangat cerdas, tapi karena saya menghadapi masalah lebih lama”

Selasa, 21 Juni 2016

Lebih baik Maafkanlah! Meski tidak dapat Melupakan



Lebih baik Maafkanlah! Meski tidak dapat Melupakan
Para Pecinta sejati tak suka berjanji,
Tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai,
Maka akan segera membuat rencana untuk memberi.
( M. Anis Matta)

Percayakah pada sebuah angin yang mampu membawa butiran pasir digurun?
Yah…kadang harus seperti itulah sikap ini menempatkan kesalahan orang lain yang dilakukan pada kita, melukis kisah itu hanya sebatas diatas hamparan pasir, agar ketika angin meniupnya, lukisan itu akan terbawa pergi  dan jejak-jejaknya hilang, tiada lagi terlukis.
 Sejenak kita renungkan The Inspiring Words, kita belajar bagaimana Allah memaafkan setiap kesalahan hamba-Nya
Drawing on Sand
One day, I was bored and dull, I walked by the sandy beach.
I took and stick and began to draw, on the sand that’s within reach
            But then the sea’s waves came by, and washes my picture away
So I drew again and again, but the waves washed them away
I knew my picture were ugly, I knew I shouldn’t draw
But the waves just washed away, to smoothen the ugly floor
                        O Allah, The Most Gracious
                        O Allah, The Most Kind
                        O Allah who Washed away,
                        The sins of Mankid
No matter how many times, I draw on sand with sinfulness
You, Allah, washed them away, with sea-waves of Forgiveness
 Masya Allah
Setiap orang mempunyai masalalu. Masalalu yang berwarna. Mungkin disakiti, dikhianati, dibohongi, dilecehkan,  dan lain sebagainya. Tentu hal-hal yang membuat hati terasa sakit. Tapi jangan terpaku pada masa lalu, karena kita hidup detik ini.  Hidup yang akan kita jalani adalah satu detik yang akan datang bukan sekian lama dimasa lalu. Siapapun seseorang dimasalalu dan bagaimanapun sikapnya, tapi kita mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi yang lebih baik dihari ini dan dimasa yang datang. Pilihanmu dimasa yang akan datang, akan terbentuk dari keputusan-keputusanmu dihari ini.
Maka  jangan sia-siakan waktu yang bisa kita gunakan untuk memperbaiki diri,  dengan menyibukan mengingat kejadian masa lalu yang meyakitkan, justru hanya akan membuatmu terhenti untuk melangkah lebih jauh.
Tidak ada salahnya ketika kita membuka lembaran yang telah ditutup dimasa itu. Bahkan ketika kita mengingatnya dengan rasa sakit yang sama. Maafkanlah meski tidak seutuhya mampu melupakan.
Seiring dengan berjalannya waktu, ketika embun pagi itu telah berganti, mentari menyinari dengan sinarnya yang menghangatkan, dan malam kembali dengan ketenangannya, bukankan itu artinya kita juga mempunyai moment untuk mengganti hari kita.
Saat kita berbicara tentang sebuah masalalu   yang menyakitkan  dan  saat itu kita merasa “sakit hati’ lalu menyebutkan masa lalu yang menyakitkan. Apapun bentuk peristiwa yang dialaminya namun sebuah tema yang sama yakni tentang masa lalu yang menyakitkan. Kata menyakitkan sesungguhya kita sendiri yang mengatakannya  dan membuat slogan “menyakitkan” makanya menjadilah ia masa lalu yang menyakitkan, lalu didapatlah  sebuah kata yang kita kenal “penyesalan”. Tidak sedikit orang yang terus mengungkit masa lalu dan menjadikannya alasan untuk terus menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya. Padahal, jika saja kita mau untuk meluangkan waktu sejenak, berdiam diri memutar kembali episode masa lalu  dan merubah semua yang terjadi itu menjadi hal yang berkesan tentulah hati ini tidak akan lagi mengenal sebuah ‘penyesalan’,akan lebih tertuju pada sebuah kata ‘perbaikan’ dan sebuah ‘pembelajaran’. Ketika kita akan mengeluhkan dengan masa lalu yang menurut kita tidak sepantasnya terjadi, maka segeralah kita ingat bahwa kita yang sekarang adalah dibentuk dari masa lalu. Kita terseyum hari ini karena kita pernah menangis dimasa lalu. Kita sampai pada detik ini karena telah berhasil melewati masa lalu.
            Sahabatku…
Janganlah kita terjebak pada sebuah waktu. Waktu itu sesuatu yang memang tidak dapat dibeli dengan apapun. Uang, jabatan, keturunan, bahkan sekalipun tangisan kita tidak akan mampu mengembalikan detik yang telah hilang. Detik yang telah kita sia-siakan tanpa disadari. Ini sebuah catatan yang harus menjadi alarm dalam hidup kita. Bahwa waktu tidak akan kembali. Lantas yang menjadi pertanyaan bisakah kita merubah  masa lalu?. Sahabatku…untuk mengembalikan waktu itu tidak mungkin, namun untuk mengubah kenangan itu adalah hal yang mungkin. Ingatlah satu kejadiaan yang paling sulit untuk kita terima, secara otomatis otak kita memproses setiap hal yang pernah terjadi ketika itu. Yah..semua rasa yang dulu kita rasakan akan terulang. Maka disaat itulah sadarkan bahwa kita mengingatnya adalah untuk merubah suasana dimasa itu. Dari keadaan sakit, kecewa, marah, dan perasaaan lain yang terasa hal itu buruk,  sadarkan dengan mengubah semua emosi itu menjadi sebuah perasaan ikhlas, sadarkan  bahwa kita yang sesungguhya menjalani hidup adalah ‘sekarang’ disaat mengingat itu, dan kejadian itu hanya lah sebuah tutorial untuk kita belajar.
Masa lalu itu bukan untuk dilupakan. Dengan memaksakan kehendak waktu, mencoba menghilangkan dalam ingatan kita apa yang telah terjadi. Hal itu justru hanya akan membuat kita kembali mengingat lebih banyak hal-hal dan peristiwa dimasa itu.
Rasa kecewa kita pada masa lalu hanyalah masalah waktu. Andai saja sejenak kita benar-benar pahami bahwa waktu menentukan apa yang akan kita rasakan dan juga didapatkan. Pernahkah kita merasa bahagia dengan sebuah mimpi indah dimasa depan, dengan hal-hal indah yang kita rangkai. Kita bahagia  seakan kita benar-benar merasaknya, padahal hal itu belum terjadi sama sekali. Bagaimana itu terjadi? Jawaban paling sederhana karena otak kita merespon apa yang kita pikirkan. Aktifkan bawah sadar kita yang mempunyai sekitar 88% persen pengaruh dalam kehidupan.  Saat kita mengingat masa lalu yang menyakitkan maka otak kita pun memutar memori masa lalu yang menyakitkan itu. Maka dari itu sahabatku, jangan pernah meyalahkan masa lalu dan jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan. Karena hidup kita yang sebenarnya adalah hari ini. Hari ini, hari dimana kita akan memaknai setiap masa lalu, dan dihari ini pula kita akan membentuk masa depan kita.
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran” (Qs. Al-Asr; 1-3).
Jangan mau rugi menyesali masa lalu, jangan mau diberi harapan palsu dengan angan-angan masa depan penuh kekhawatiran semu. Waktu itu adalah kerugian. Syarat agar waktu tidak rugi yakni beriman, mengerjakan kebajikan, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Senin, 20 Juni 2016

Menenggelamkanku pada Renungan



Menenggelamkanku pada Renungan
Pemandangan di suatu desa tampak berbeda dari biasanya. Beberapa desa  yang bersangkutan terkena dampak proyek sebuah pembangun Nasional. Saya mengunjungi keluarga di desa tersebut. Beberapa hari memperhatikan aktivitas para warga sekitar. Hari itu, para warga tengah disibukan dengan ‘pengusiran’ untuk segera meninggalkan tempat yang telah menjadi milik negara. Hampir semua warga sibuk meruntuhkan bangunannya, kemudian segera membangun di tempat lain. Satu hal yang menjadi perhatian saya, ketika sesama  tetangga tidak saling membantu, mereka sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan sesama saudara saja dapat dikatakan tidak saling peduli. Hanya sekedar sapa  saja. Peristiwa tersebut membuat saya merenung tentang “kesibukan” yang akan melupakan  kebersamaan.
Itu hanya kesibukan di dunia. Sahabatku, akan datang satu masa dimana kita melupakan sanak saudara, ibu, ayah, anak, suami atau istri, teman dan semua orang yang kita cintai. Pada hari kita menghadap pengadilan yang Maha Adil. Tidak seorangpun dapat menanggung dosa orang lain. Kita menghadap yang Maha Adil hanya seorang diri. Pada hari itu semua insan disibukkan dengan  dirinya sendiri, tidak memikirkan nasib oang lain.
”Telah dekat kepada manusia  hari menghisab segala amal mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)”.(Qs. Al-Anbiya;1)
“Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab”. (Qs. Sad; 53)
“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”.(Qs. Ghafir; 17).
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab(hari kiamat)”. (Qs. Ibrahim;41)
Gambaran ini membuatku merenung  akan sebuah pertanggungjawaban yang akan dihadapi suatu masa yang tidak diragukan lagi.

Keputusan untuk Bertahan



K

Keputusan untuk Bertahan
“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah
 keyakinan bahwa kita dicintai.
 Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.”
(Victor Hugo)

Tetesan air langit yang membasahi tanah kering itu, kini menjadi ungkapan akan sebuah kehidupan yang baru. Menemui suatu masa yang penuh dengan air mata. Ada saaat dimana kita mengalah pada keadaan. Mengalah bukan berarti kita kalah, tapi kita memilih untuk sabar. Sabar itu bukan diam, pasrah pada keadaan tanpa melakukan perubahan, sabar adalah mengendalikan ketidakmampuan untuk tetap melangkah  menjadi kesempatan dengan tatanan yang lebih benar.
Dalam lelah disamudera kehidupan ini, atas apa yang kita pilih. Dijalan para penyeru kebenaran, akan ditemui suatu keadaan yang memaksa kita untuk mengatakan, “Aku tidak sangggup lagi”. Namun, perkataan itu hanya akan terucap dari lisan insan yang sudah merasa Allah tiada disisinya. Bagi orang yang tetap yakin akan pertolongan Allah padanya, ia akan tetap bertahan dengan keadaan apapun, sekalipun semakin hari gelombang yang menerjang semakin besar, kegelapan yang membuat langkahnya semakin sulit, tapi ia akan tetap bertahan. 
“Pohon besar yang tegak berdiri, adalah mereka yang disisakan badai besar yang menghadang”

Jumat, 10 Juni 2016

Jalan Dakwah Saat Kau Memilih Cinta



J

Jalan Dakwah
Saat Kau Memilih Cinta
…Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
Maka cinta yang lain hanya upaya menunjukan cinta pada-Nya,
Pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki
Selamanya memberi yang bisa kita berikan,
Selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai
( M. Anis Matta)

Sahabatku Fillah…
Cinta kepada mahkluk hendaknya mengantarkan kita pada Allah. Rindu kepada mahkluk hendaknya mendekatkan kita pada sang pemiliki Cinta yang hakiki. Seringkali kita dilalaikan oleh cinta semu yang dianggap suci, tapi hakikatnya ia menodai kemurnian cinta kita pada Allah.
Kita lebih banyak merasakan damai ketika bersama dengan orang yang dicintai, bukan damai ketika berdua dan bersua dengan Allah dikeheningan malam. Tidak bisa dipungkuri, terkadang hati ini sering kali lebih rindu pada seseorang yang dicintai, daripada merindukan panggilan Allah dalam berjihad di jalan-Nya
Ya Allah…
Maafkanlah atas kelalailah jiwa kami dalam melangkah menyeru kebaikan di Jalan-Mu
Maafkanlah kemunafikan diri kami dalam memaknai cinta-Mu yang hakiki
Kami  seringkali dilalaikan dengan hembusan-hembusan angin kesejukan yang melenakan atas nama cinta
Membuat kami melupakan bahwa sesungguhhnya Engkau lah sang penggenggam waktu dan hati
Ya Rahman…
Dalam lemah diri ini bersujud
Menghadap-Mu ketika lelah menghampiri
Menangis dihadapan-Mu ketika beban dihati tiada sanggup memikulnya
Lantas, ketika Kau kembalikan semuanya
Kami dengan mudahnya melupakan-Mu
Kembali melukis lembaran maksiat
Sungguh tiada kebaikan terindah selain keRidhaan-Mu
Ya Lattif…
Kelembutan warna-warna hikmah yang tersembuyi disetiap masalah
Engkau menyapa kami tanda kasih-Mu pada setiap hamba-Nya
Berikanlah kami kemampuan untuk tetap bertahan
Dalam keistiqomahan, menegakkan kebenaran

Kata dan Cinta
tetapi kata dapat mengubah jiwa manusia dan sesungguhnya, pada jiwa yang berubah terletak perubahan yang niscaya bagi dunia dan kehidupan.
( M. Fauzil’Adhim, Inspiring Words for Writers)
Sahabatku…
Berapa banyak orang yang terjebak dengan kata-kata cinta. Hingga ia seakan melumpuhkan seluruh syaraf untuk berfikir. Sebesar itukah dasyatnya sebuah kata yang mempengaruhi jiwa seseorang?. Dengan kata-kata jua tersampaikan segala maksud hati. Namun, dijalan para pecinta sejati yang hakiki, sesungguhnya kata-katanya adalah penyeru kebenaran yang menyeru pada Illahi. Untain huruf  yang  dituangkannya menjadi kata-kata inspirasi bagi yang membaca bukan untuk melenakan dan menjauhkannya dari kenyataan.
Apakah kata cinta selalu harus identik dengan sebuah kebersamaan? Tentang sebuah cerita kasih sayang? Seorang lelaki dan wanita yang mengurai seikat janji bersama di pinggir kolam saat senja? Ataukah cinta itu terungkap pada sekotak coklat dan setangkai bunga tanpa duri? Entahlah yang mana jawabnnya. Kita diberi kebebasan untuk memaknai setiap kata cinta, bagaimana jika kita sekarang  menciptakan suasana yang lebih indah dari sekedar itu.
Cinta di Jalan Dakwah!
Lantas apa yang indah dari kata itu? Bagi kita yang sekarang mengemban tugas dakwah sesungguhnya kecintaan kita pada aktivitas dakwah adalah sebuah kecintaan istimewa, sebuah rasa yang tidak mampu terlukis dengan coretan tinta di setiap lembarnya. Sebuah kebersamaan yang membawa kedamaian ketika kita mampu bersamanya setiap saat.
Jika cinta telah merasuk dalam jiwa sebuah lingkar dakwah, maka jalan penuh duri seumpama hamparan bunga lili, atau bahkan seringkali kita temui sebuah prinsip “Gunungkan didaki, samuderakan diseberangi” sesungghnya itu sebuah pengorbanan nyata dari seorang kekasih untuk aktivitasnya. Bahkan seringkali demi sebuah dakwah, kita mampu untuk mengorbankan jiwa kita sendiri. Itulah demi kekasih.
…..bila cinta memanggilmu, ikutilah dengannya meski jalan yg kalian tempuh terjal dan berliku
…dan bila sayap-sayapnya merangkulmu,
Pasrah dan menyerahlah meski pedang tersembunyi dibalik sayap itu akan melukaimu
-Kahlil Gibran-

Sungguh indah sahabat, kecintaan kita pada kekasih dengan ketulusan itu. Yakni bukan hanya sekedar kata, “aku berjuang di Jalan Dakwah” , tapi  sungguh menyerah pada keadaan yang mengajak kita untuk melangkah mengikuti jalan sang kekasih. Walaupun tidak pernah tahu bahwa  hambatan, cacian, rintangan, semua itu akan melukai kita. Bahkan sayap-sayap halus yang kita lihat sebagai peluang jalan dakwah, kini menyimpan tusukan yang menyakitkan. Tapi “ketulusan itu tak akan pernah mengenal penyesalan!”.
Dua Hati, Satu Tujuan
Sahabatku…
Ketika kita dihadapkan  pada dua pilihan, maka sudah tentu hanya satu keputusan yang kita ambil. One Time One Chooise.
Sekarang disaat kita berbicara pada pilihan sebuah hati, maka cinta yang manakah yang akan kita dahulukan? jawabannya hanya ada satu dari sekian pilihan yang disediakan. Setiap orang tentu mempunyai prioritas untuk menjadikan tingkatan cintanya. Sudah selayaknya bagi kita yang merasa seorang Muslim, Allah tidak ada pilihan lain untuk dijadikan pilihan pertama  dan utama yang bertahta dihati. Rasulullah Saw pun jua menjadi pilihan utama yang ditempatkan dihati kita menjadi orang yang utama untuk mendapatkan posisi dihati  kita. Saat cinta harus memilih, katakanlah ‘‘Aku Memilih Cinta di Jalan Dakwah’’.