Lebih baik Maafkanlah! Meski tidak dapat Melupakan
Para Pecinta
sejati tak suka berjanji,
Tapi begitu
mereka memutuskan untuk mencintai,
Maka akan
segera membuat rencana untuk memberi.
( M. Anis
Matta)
Percayakah pada sebuah angin yang
mampu membawa butiran pasir digurun?
Yah…kadang harus seperti itulah sikap ini menempatkan kesalahan orang
lain yang dilakukan pada kita, melukis kisah itu hanya sebatas diatas hamparan
pasir, agar ketika angin meniupnya, lukisan itu akan terbawa pergi dan jejak-jejaknya hilang, tiada lagi
terlukis.
Sejenak kita renungkan The Inspiring Words,
kita belajar bagaimana Allah memaafkan setiap kesalahan hamba-Nya
Drawing on Sand
One day, I was bored and dull, I
walked by the sandy beach.
I took and stick and began to draw,
on the sand that’s within reach
But
then the sea’s waves came by, and washes my picture away
So I drew again and again, but the
waves washed them away
I knew my picture were ugly, I knew
I shouldn’t draw
But the waves just washed away, to
smoothen the ugly floor
O
Allah, The Most Gracious
O
Allah, The Most Kind
O
Allah who Washed away,
The
sins of Mankid
No matter how many times, I draw on
sand with sinfulness
You, Allah, washed them away, with
sea-waves of Forgiveness
Masya Allah
Setiap orang mempunyai masalalu. Masalalu
yang berwarna. Mungkin disakiti, dikhianati, dibohongi, dilecehkan, dan lain sebagainya. Tentu hal-hal yang
membuat hati terasa sakit. Tapi jangan terpaku pada masa lalu, karena kita
hidup detik ini. Hidup yang akan kita
jalani adalah satu detik yang akan datang bukan sekian lama dimasa lalu.
Siapapun seseorang dimasalalu dan bagaimanapun sikapnya, tapi kita mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi yang lebih baik dihari ini dan dimasa yang
datang. Pilihanmu dimasa yang akan datang, akan terbentuk dari
keputusan-keputusanmu dihari ini.
Maka
jangan sia-siakan waktu yang bisa kita gunakan untuk memperbaiki diri, dengan menyibukan mengingat kejadian masa lalu
yang meyakitkan, justru hanya akan membuatmu terhenti untuk melangkah lebih
jauh.
Tidak ada salahnya ketika kita
membuka lembaran yang telah ditutup dimasa itu. Bahkan ketika kita mengingatnya
dengan rasa sakit yang sama. Maafkanlah meski tidak seutuhya mampu melupakan.
Seiring dengan berjalannya waktu,
ketika embun pagi itu telah berganti, mentari menyinari dengan sinarnya yang
menghangatkan, dan malam kembali dengan ketenangannya, bukankan itu artinya
kita juga mempunyai moment untuk mengganti hari kita.
Saat kita berbicara tentang sebuah
masalalu yang menyakitkan dan
saat itu kita merasa “sakit hati’ lalu menyebutkan masa lalu yang
menyakitkan. Apapun bentuk peristiwa yang dialaminya namun sebuah tema yang sama
yakni tentang masa lalu yang menyakitkan. Kata menyakitkan sesungguhya kita
sendiri yang mengatakannya dan membuat
slogan “menyakitkan” makanya menjadilah ia masa lalu yang menyakitkan, lalu
didapatlah sebuah kata yang kita kenal
“penyesalan”. Tidak sedikit orang yang terus mengungkit masa lalu dan
menjadikannya alasan untuk terus menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi
pada dirinya. Padahal, jika saja kita mau untuk meluangkan waktu sejenak,
berdiam diri memutar kembali episode masa lalu
dan merubah semua yang terjadi itu menjadi hal yang berkesan tentulah hati
ini tidak akan lagi mengenal sebuah ‘penyesalan’,akan lebih tertuju pada sebuah
kata ‘perbaikan’ dan sebuah ‘pembelajaran’. Ketika kita akan mengeluhkan dengan
masa lalu yang menurut kita tidak sepantasnya terjadi, maka segeralah kita
ingat bahwa kita yang sekarang adalah dibentuk dari masa lalu. Kita terseyum
hari ini karena kita pernah menangis dimasa lalu. Kita sampai pada detik ini
karena telah berhasil melewati masa lalu.
Sahabatku…
Janganlah kita terjebak pada sebuah
waktu. Waktu itu sesuatu yang memang tidak dapat dibeli dengan apapun. Uang,
jabatan, keturunan, bahkan sekalipun tangisan kita tidak akan mampu
mengembalikan detik yang telah hilang. Detik yang telah kita sia-siakan tanpa disadari.
Ini sebuah catatan yang harus menjadi alarm dalam hidup kita. Bahwa
waktu tidak akan kembali. Lantas yang menjadi pertanyaan bisakah kita
merubah masa lalu?. Sahabatku…untuk
mengembalikan waktu itu tidak mungkin, namun untuk mengubah kenangan itu adalah
hal yang mungkin. Ingatlah satu kejadiaan yang paling sulit untuk kita terima,
secara otomatis otak kita memproses setiap hal yang pernah terjadi ketika itu. Yah..semua
rasa yang dulu kita rasakan akan terulang. Maka disaat itulah sadarkan bahwa
kita mengingatnya adalah untuk merubah suasana dimasa itu. Dari keadaan sakit, kecewa,
marah, dan perasaaan lain yang terasa hal itu buruk, sadarkan dengan mengubah semua emosi itu
menjadi sebuah perasaan ikhlas, sadarkan bahwa kita yang sesungguhya menjalani hidup
adalah ‘sekarang’ disaat mengingat itu, dan kejadian itu hanya lah sebuah tutorial
untuk kita belajar.
Masa lalu itu bukan untuk dilupakan.
Dengan memaksakan kehendak waktu, mencoba menghilangkan dalam ingatan kita apa
yang telah terjadi. Hal itu justru hanya akan membuat kita kembali mengingat
lebih banyak hal-hal dan peristiwa dimasa itu.
Rasa kecewa kita pada masa lalu hanyalah masalah waktu. Andai saja
sejenak kita benar-benar pahami bahwa waktu menentukan apa yang akan kita
rasakan dan juga didapatkan. Pernahkah kita merasa bahagia dengan sebuah mimpi
indah dimasa depan, dengan hal-hal indah yang kita rangkai. Kita bahagia seakan kita benar-benar merasaknya, padahal
hal itu belum terjadi sama sekali. Bagaimana itu terjadi? Jawaban paling
sederhana karena otak kita merespon apa yang kita pikirkan. Aktifkan bawah
sadar kita yang mempunyai sekitar 88% persen pengaruh dalam kehidupan. Saat kita mengingat masa lalu yang menyakitkan
maka otak kita pun memutar memori masa lalu yang menyakitkan itu. Maka dari itu
sahabatku, jangan pernah meyalahkan masa lalu dan jangan terlalu
mengkhawatirkan masa depan. Karena hidup kita yang sebenarnya adalah hari ini.
Hari ini, hari dimana kita akan memaknai setiap masa lalu, dan dihari ini pula
kita akan membentuk masa depan kita.
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali,
orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan serta saling menasehati
untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran” (Qs. Al-Asr; 1-3).
Jangan mau rugi menyesali masa lalu, jangan mau diberi harapan
palsu dengan angan-angan masa depan penuh kekhawatiran semu. Waktu itu adalah
kerugian. Syarat agar waktu tidak rugi yakni beriman, mengerjakan kebajikan,
saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar