Elegant Rose - Working In Background Coretan NiiFiYa: Maret 2016

Rabu, 30 Maret 2016

Inikah Kenyakinan Mencintai sesuatu yang tidak terlihat



Hai Muhammad!
Hiduplah sesukamu, tapi engkau pasti akan mati.
Berbuatlah sekehendakmu, tapi engkau kan dimintai pertanggungjawaban.
Cintailah siapapun yang kau dambakan, tapi kau pasti akan berpisah darinya.
( Jibril, ‘Alaihis Salaam)

To Look beyond the glory is the Hardest part….
Suatu senja yang damai,  pernahkah kita berpikir lalu bertanya. “ bagaimanakah bentuk angin itu?”.  Mungkin pernah ada salah seorang diantara kita yang bertanya tentang hal itu.  Angin ada. Bagaimana kita mengatakan angin itu ada? Padahal bentuk angin itu tidak pernah berwujud. Jawaban sederhana dari pertanyaan itu., karena kita ‘merasakan’ dan menyakini bahwa rasa sejuk yang berhembus adalah angin.  Itulah saahabatku salah satu hal yang diajarkan semesta kepada kita untuk memaknai kehidupan yang penuh liku-liku ini.
Kita harus menyakini apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, bahkan sampai hati pun belum pernah merasakan.
Allah yang kau cintai tanpa wujud yang kau lihat
Surga dan neraka yang belum kau saksikan

Totalitas Syahadatain I Am A Muslim (kejoraYfitriyani.blogspot.com)




Totalitas Syahadatain
I Am A  Muslim
(kejoraYfitriyani.blogspot.com)
 

Jikala malam sunyi,bani insan tenggelam dalam mimpi
Musafir yang malang ini pergi membasuh diri
Untuk menghadap-Mu, oh Tuhan
Lemah lututku berdiri…dihadapanMu, tangisanku keharuan
Hamba yang lemah serta hina
Engkau terima jua mendekati, bersimpuh di bawah duli kebesaran-Mu
(Hijjaz: Munajat Seorang Hamba)

Insan yang bersaudara karena Allah
            Sejarah mencatat dalam perjuangan cahaya Islam. Persaudaraan yang begitu indah, namun tidak lepas dari ujian keimanan. Mereka adalah Muhajirin dan Anshar. Bagaimana dawai persaudaraan ini terajut dengan indah?  Itulah cinta karena Allah.  Mereka bersama karena  Cinta di atas Satu Cinta. Cinta dengan kesadaran dalam  memahami konsekuensi dari kalimat Cinta yang diucapkan. Syahadatain. Ikatan yang membawa orang-orangnya untuk  berkorban. Karena Cinta meminta segalanya dari jiwa yang sedang menyelam dalam keindahan samudera rasa tanpa tepi.
            Kini saatnya kita bertanya, apakah Syahadatain yang kita ucapkan telah menjadi cinta?
Iman dan Islamnya, terletak pada kekuatan dan penghayatan Syahadatain dalam jiwanya, ketika kalimat ini  menjadi motivator dalam kehidupan seorang muslim.
Kita sama-sama telah mengetahui bahwa Syahadatain merupakan dasar terpenting untuk tegaknya totalitas Islam. Islam akan runtuh ketika rukun-rukunnya tidak tegak. Keempat rukun Islam tidak akan tegak jika Syahadatainnya tidak tegak. Maka Syahadatain adalah syarat   Tegaknya Syariat Islam. Bahkan, tidak akan ada Islam ketika tidak ada Syahadatain. Ia laksana nyawa yang merupakan nadi kehidupan seorang manusia.  Kalimat  La ilahaillallah Muhammadur Rasulullah, merupakan  ruh aspek ajaran Islam. Allah berfirman dalam menguji para Sahabat Rasulullah
....وَاَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ الـتَّقْوى وَكَانُوا اَحَقَّ بِهَا وَاَهْلَهَا ۗ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً(٢٦)
“…Dan Ia mewajibkan mereka (ucapan) perkataan menjaga keselamatan, karena mereka lebih berhak dengan itu, dan  (memang mereka) ahlinya, dan adalah Allah mengetahui tiap-tiap manusia.” (QS.Al-Fath;26)
Dalam Tafsir Jalalain, yang dimaksud dengan “Kalimat Takwa” tidak lain ialah kalimat Syahadatain. Sebab tanpa Syahadatain tidak ada taqwa.
“….Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan..”(Al-Hujuraat;7).
Inilah muslim, predikat sepanjang masa yang tidak akan pernah kita lepaskan hingga  maut menjemput. Katakanlah  “Aku Bangga menjadi Seorang Muslim dan Saksikanlah bahwa Aku Seorang Muslim”. Barangsiapa mencintai Allah, maka tentu ia harus mengakui kerasulan Muhammad Saw sebagai Rasulullah. Karena itu tegakkanlah Syahadat Lailahaillah dengan Syahadat Muhammadurrasulullah. Kedua kalimat ini satu sama lain saling berkaitan erat, maka tidak boleh dipisahkan.
Mengakui Tidak ada Sesembahan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kata Ilah ( اِلَهٌ ) tediri dari huruf  ( الْاَلِفُ, اللاّمُ و الْهَاءُ ) kata Ilah mempunyai beberapa Arti yang saling berkaitan. Kaidah  dalam bahasa arab menetapkan bahwa kalimat yang mempunyai pertalian maka satu sama lain berkaitaan. Apabila kita  menyakini Lailahaillallah berarti kita harus mengakui  Muhammadurrasulullah.
Makna Ilah berarti Yang Disembah,  maka kita harus ingat terhadap dasar kata ‘Abada’
(عَبَدَ) yang dari segi bahasa terdiri dari huruf-huruf ( والباء , العين, والدّال). Ketiga huruf tersebut mengandung  arti
ü   اَلْعَبْدُ => Dialah yang menjadi raja, pemimpin seluruhnya
ü اَلْعِبَادَةُ  =>  Tata serta merendahkan diri
ü اَلْمُعَبَّدُ  =>  Yang disembah, yang dimuliakan, yang diagungkan
ü عَبَدَ بِهِ   =>  Menghambakan diri
Makna yang berbeda dalam setiap komponen tersebut ternyata terdapat pertalian umum satu sama lain, sehingga seorang manusia tidak bisa melepaskan diri dari pengertian pengabdian  kepada Allah. Maka perkataan المَعْبُودُ yang mudah- mudahan sering kita dengar, memberi arti Maha Kuasa, Maha Raja, yang ditaati, dan Maha Agung termpat bergantung segala sesuatu.

I Am A Muslim
I am A Muslim. and God I praise, for all His blessing, my voice I raise.
In One God I believe, no equel has He, Lord of the universe, compassionate to me
The holy Quran , to life is my guide and Islam my religion, to the right path it leads.

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلهِ النَّاسِ (الناس ١-٣)
Katakalah: “Aku berlindung kepada Pemeliharanya manusia, Raja manusia. Tuhan bagi  manusia”
Kata Rabb (رَبٌّ) mengandung beberapa pengertian.
v  Pemelihara anak/pemelihara kebun. Bertugas sebagai pemelihara, penjaga, pengasuh segala urusan yang berhubungan dengan anak dan kebun.
v  Pemimpin atau pembela ummat.
v  Majikan yang menjaga dan mengawasi rumah atau pemiliknya. Bila diisbatkan kepada Dzat Illahi, maka pada hakikatnya Allah merupakan Raja dari segala makhluk.
Maka jelas apabila seorang muslim mengatakan La Ilaha Illah Allah, totalitas hidupnya harus diatur oleh Allah.  Allah sebagai Raja, tidak boleh taat kepada selain-Nya dan hakim untuk manusia, Dia juga pembuat undang- undang (Syari’at), tidak ada kekuasaan atas undang-undang itu melainkan Dia.
Selain dari memahami ma’na La Ilaha Illah Allah, kita perlu memahami ma’na ‘asyhadu’. Menurut bahasa Asyhadu mengandung tiga pengertian.
v   Melihat kebesaran Dzat yang Maha Tinggi yang diistilahkan oleh al-quran
يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُوْنَ.
“Yang disaksikan oleh al-muqarrabun” (Al-Mutaffifi:21)

v   Mengakui menjadi saksi terhadap Ketuhanan Allah
وَأَشْهِدُوْاذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكمْ (الطلاق ٢)
“Dan hendaklah kamu adakan dua saksi yang adil dari kamu”
(QS. Al-Thalaq;2)

v   Berarti Sumpah.
Maka ketiga makna Asyhadu merupakan kesatuan yang saling melengkapi. Manusia dianggap telah bersumpah apabila  ia telah bertasyahud.

Kewajiban Menegakkan Syahadat dengan Mengikrarkan secara Zhahir


Kalimatun Thoyyibah " لاَ اِ لهَ اِ لاَّ ا لله " terdapat dua kandungan rukun, yaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Perkataan Syaikh Muhammad al-Sanusi,tentang wajibnya ikrar syahadat bagi Muslim Kauni atau Muslim Keturunan


فاَعْلَمْ اَنَّ النَّاسَ عَلَى ضَرْبِيْنَ مُؤْمِنُ وَكاَفِرٌ أَمَّا الْمُؤْمِنُ بِاْلأَصَالَةِ فَيَجِيْبُ عَلَيْهِ اَنْ يُذْكَرَهَا فِى الْعُمُرِ مَرَّةً وَاحِدَةً يُنْوِى فِى تِلْكَ الْمَرَةِ بُذْكَرَهَا الْوُجُبُ وَ إِنْ تَرَكَ ذَلِكَ فَهُوَ عَاصٍ.


“ Ketahuilah,bahwa manusia terbagi menjadi 2 golongan mu’min dan Kafir,adapun mu’min ( yang berstatus keturunan ), maka wajib mengucapkan dua kalimat syahadat sekali seumur hidupnya yang diniatkan untuk menjalankan kewajiban syariat lainnya,dan jika ia menolak ( enggan bersyahadat ), maka dia telah bermaksiat. [Dikutip dari buku Menegakkan Syariat Syahadat,penulis oleh Umar Zia ul Haq]
Maka jika kita berpihak pada Syaikh Muhammad al-Sanusi, jelas  bahwa ikrar kita adalah peneguhan janji yang telah kita ucapkan dahulu di alam ruh.  Disinilah kita pahami konsekuensi ikrar Syahadat kita, adalah untuk menjalankan kewajiban syariat lainnya.


Dear Allah
Blaming thee for all our pain
We take Your holy name in Vain
Yearning to be Free
We  turn away  from Thee
 






شهد- يشهد – شها د ة – مشا هد ة  (ج شهود)
Makna Syahadat : Persumpahan atau Persaksian ( Bersumpah atau Bersaksi )
Makna keseluruhan adalah  Pengakuan, Pembenaran,dan keyakinan bahwa Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Swt tiada sekutu bagi-Nya. Hakikat Laa ilaha Illallah.

شَهَا دَ ةُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهُ اَ عْتَقِدُ اَ نَّ ا للهَ وَا حِدٌ لاَ شَرِ يْكَ لَهُ فِى عِبَا دَ تِهِ وَ لاَ فىِ مُلْكِهِ

“Syahadat
dengan mengucapkan Laa ilaha Illallah ialah mengakui bahwa Allah adalah Esa & tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah &  pemerintahan-Nya
Kandungan makna syahadat bahwa nilai dasar  syahadat yang syar’i ialah yang menuntut pembersihan aqidah dari syirik Uluhiyah dan syirik Mulkiyah. Maka jika tidak terpenuhi dua aspek ini, dianggap masih berstatus musyrik, sebaliknya seorang dikatakan muwahid jika  hanya mentauhidkan Allah pada aspek Uluhiyah dan aspek Mulkiyah.

Islam Is…a way of life
Islam is…a journey, so complete it
Islam is…a struggle, fight for it
And Islam is a goal…achieve it.
Islam Is…?
1.      Bil lisan ( dizahirkan dengan ucapan lisan ) : إقرار بالسان
2.      Bil Jamaah ( bergabung dengan Jamatul Muslimin sebagai Daulah penegak perjuangan syahadat ),sebagaimana dalil hadits Rasul
“ Tidak halal ( haram ) bagi seseorang muslim darah & hartanya yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kecuali dengan 3 perkara….. diantaranya
( salah satunya ) yaitu meninggalkan dinnya (keyakinan ) & keluar dari jamaah.”
 ( H.R Muslim )
3.      Bil Syuhada ( Menghadirkan seorang saksi ), yang dimaksud saksi disini dalam konteks bersyahadat ialah sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsir Al-Qurthubi Asy-syahid  الشاهد ialah yang mengetahui sesuatu dan menjelaskannya dalam hal ini tentang keesaan Allah. Adapun yang dimaksud syahid disini ialah Ulul ilmi ( orang yang mengetahui akan kebenaran syahadat laa ilaha illallah yakni , para Nabi dan Orang-orang beriman yang bertauhid ).
4.      Bil Amali bimaqtadoha ( Mengamalkan tuntunannya ) yaitu berupa komitmen dengan Tauhid dan meninggalkan kesyrikan serta mengkufuri Thagut.
“...Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
” (SQ. Al-Baqarah ;256)

Sampai disini, semoga Allah memberikan ampunan kepada diri hina ini untuk meneruskan rangkaian kata yang semoga menjadi penguat  jiwa,menjadi obat bagi yang lara.
Bismillahirahmanirrahim…with feet to take me where I’d, with eyes to see the sunset’s glow, with ears to hear what I’d know.  Light for the way. Ya Allah izinkan kami terus melanjutkan perjalanan ini untuk menegakan Kalimat-Mu.

Cahaya Syahadatain
Kita kembali kepada Cahaya Syahadatain. Kandungan makna yang terangkai indah pada Syadatain adalah   Menafikan ( meniadakan ) yakni kalimat  Laa ilaaha ( Tidak ada sesembahan) dan  Al-itsbat (penetapan) hanya Allah saja satu-satunya Abdian Al-ma’bud.
“ Maka Barangsiapa yang Ingkar atau Kafir pada Thagut (bermakna rukun pertama /menafikan ) dan hanya beriman kepada Allah  (bermakna rukun kedua /menetapkan) (QS. Al-Baqarah; 256).
Adapun  Kandungan Syahadat ( Madlulul Syahadah ) kita bisa membuka Qs: Ali-Imran (3) ayat 18 dan 81. Ayat ini  menunjukan Iqrar  yakni  Ikrar yang berisi pernyataan atau proklamasi berupa pembebasan diri dari ikatan jahili kepada ikatan islami. Al-Qasam  yakni Ikrar yang mengandung sumpah,dengan mengakui kebenaran tauhid dan menjalankan tuntunannya terdapat dalam Qs: 63: 1-2.  Dan Al-Mitsaq Ikrar yang mengandung perjanjian,yaitu mengikhlaskan beribadah kepada Allah dengan tidak menpersekutukan-Nya Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikatkan kepadamu, ketika kamu mengatakan, “Kami mendengar dan kami mentaati.” Dan bertakwalah kepada Allah sungguh Allah Maha Mengetahui segala isi hati” (Qs:Maidah:7). Maksud perjanjianNya adalah perjanjian akan mengikuti Nabi dalam segala keadaan yang diikrarakan ketika baiah (prasetia).
Subhanallah, begitu dalam konsekuensi dari pengucapan Syahadatain. Andai bukan karena Rahmat Kasih SayangNya , tentulah diri ini tiada terarah.  Sejenak kita renungkan pesan penuh makna ini.

“Wahai anakku!...
Dunia ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaan-Nya tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan  menyebut nama Allah. Jadikanlah ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.”
                                       (Ali bin Abi Thalib ra)
 
Sekarang marilah kita berlayar dengan kapal Tauhid dan  nahkoda ilmu pengetahuan dalam mengarungi lautan Cahaya Syahadatain. Bagaimana Fadhoilusy Syahadah (Keutamaan Syahadatain). Syahadatain  merupakan  Madkhalu  ila Islam/ اَلْمَدْخَلُ إِلَى إِلإْسَلاَم  yaitu Pintu Masuk Islam., Khalashatu Ta’alimil Islam خَلاَصَةُ تَعَالِيْمِ اْلإِسْلاَم  (Ajaran Pokok Islam), Asasul Inqilab أَسَاسُ اْلإِنْقِلاَب  yakni Nilai Dasar Perubahan (Qs: 6 : 122) dan Syahadatain merupakan Haqiqatu Da’wah ar-Rusul حَقِيْقَةُ دَعْوَةِ الرُّسُلِ (Hakikat Dakwah Para Rasul dalam Qs : 21: 25) serta Fadhailu ‘Adzimah  فَضَائِلُ عَظِيْمَة Keutamaan yang Agung.
Fadhailu’Adzimah diantaranya  Mendapat Petunjuk, “ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang  mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am;82),  Mendapat Syafaat,Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat Syafaat (pertolongan di akhirat),kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka menyakini.”(Q.S Az-Zukhruf;86).
Hadits Rasulullah Saw
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَ ا للهُ وَهُوَ يَعْلَمُ دَخَلَ الْجَنَةَ
 “ Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaha illallah sedangkan ia mengetahui ( ilmu & Tuntunannya ) niscaya masuk syurga “ (H.R Muslim )

Serta masih banyak lagi ayat-ayat lain maupun Hadits Rasululah yang menyatakan tentang keutamaan Syahadatain.


Syahadatain Haqiqatu Da’wah ar-Rusul
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku” (QS.Al-Anbiya’:25)
Dari Shirah Nabawi, kita  coba memahami bahwa da’wah hidup melalui pemaknaan konsekuensi  Syahadatain. Ruh-ruh Illahi yang disuburkan. Ruh bernama Ihtimaam, kepedulian. Kepedulian, untuk ikut  berjuang menegakkan kalimatullah. Kita yang telah mengikrarkan Syahadatain masihkan akan membiarkan barisan ini hanya dipikul oleh beberapa orang saja? Ingatkah  pada kaum Nabi Musa yang mengatakan, “Pergi berperanglah kamu bersama Tuhanmu, kami duduk-duduk menunggu di sini.”.  Mungkinkah kita selama ini ada didalamnya? Ya Allah maafkan kami Semoga Allah memaafkan kekhilafan ini.
Kita tengok sejenak pada suatu malam yang penuh pengakuan dari pelaku ‘Aqabah. Ia Ka’b ibn Malik menuturkan “ Kami tidur di tengah rombongan kaum kami. Setelah lewat sepertiga malam, kami keluar dari rombongan menuju tempat yang sudah kami janjikan untuk bertemu Rasulullah Saw.  Masing-masing dari kami satu persatu berjalam mengendap-endap dengan langkah hati-hati, hingga akhirnya kami berkumpul di Bukit ‘Aqabah.”
Subhanallah,,, begitulah dengan jiwa-jiwa yang teguh pada pilihannya, sebelum ikrar diucapkan ia telah memahami konsekuensi dari pilihannya untuk bersyahadat.
Bahkan sekalipun ia harus mengendap-endap menuju bukit ‘Aqabah. Mengapa ‘Aqabah yang dipilih untuk menjadi tempatnya? Karena  ‘Aqabah merupakan tempat yang strategis. Surat Al Balad memberikan jawabannya ayat 11-17, kata  ‘Aqaba’  dalam ayat ini mempunyai terjemah ‘Mendaki lagi  Sukar’. Pertimbangan lokasi yang sempurna. Jalan menujunya mendaki lagi sukar, dan mungkin sempit karena Ka’b mengatakan mereka  sampai harus mengendap satu persatu. Bahkan Mendaki lagi sukar yang sesungguhnya,  akan lebih  teras ketika dijalani dalam komitmen kehidupan, jejaknya dalam menempuh Jalan Dakwah.
Disinilah kita mempunyai salah satu contoh “Konsekuensi Syahadat” .    
Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan  ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (Qs. At-Taubah;41)
Kisah Perjalanan Dakwah Rasul tersebut memberikan pelajaran kepada kita semua, Mampukan kita berbuat hal yang sama?
How Loyal  are  You to Allah?

For Allah
Lord of the universe,who is one
Is for Muhammad, peace be upon him
Is for Quran, a blessing and guide for all of mankid perfect for present, future, and  past
Is for Ummah, the brotherhood of Islam made it sound
And is for life, a precious gift from Allah, don’t waste it, he know what you do, don’t chase pleasure or forget Allah,no matter how little, say Alhamdulilah and praise Him with Subhanallah, to Tawheed and Victory Laa ilaaha illallah. His guidance in everything you do.
Islam is not for the dead, live it. This is  a beautiful way of life, see it.
A message for you all my brotherhood “Islam is love, love it.
No matter how many times, we draw on sand with sinfulness, You Allah, washes them away, with sea waves of Forgiveness. ;)



Ya Allah..
Engkau mengetahui hati-hati ini telah berhimpun untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, telah berjumpa dalam taat kepada-Mu, telah bersatu dalam  menyeru dakwah dijalan-Mu, telah berjanji setia dalam membela Syari’at-Mu, teguhkanlah Ya Allah ikatannya, kekalkanlah cinta kekasihnya. Tunjukilah jalan-jalnnya, penuhilah hati-hati tersebut dengan Cahaya-Mu yang tidak pernah padam. Lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan iman kepada-Mu dan kebaikan tawakal kepada-Mu.  Hidupkan dengan  ma’rifah-Mu, Matikan  dalam  keadaan Syahid di jalan-Mu. Engkaulah sebaik-baik penolong dan pelindung. Ya Allah kabulkanlah.

Bandung, 21 Maret 2015



Dafpus:
Departemen Agama RI. 2012.Robbani al-Quran perkata, ajwid,dan warna. Jakarta. Surprise
A.Fillah, S. 2012. Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim. Yogyakarta. Pro-U Media.
Dewi,D. 2009. The Inspiring Words. Bandung. Khazanah Intelektual
Rais, H,S dan Almahendra,R. 2014. 99 Cahaya di Langit Eropa.Jakarta. PT. Gramedia
NN. 2010. Dalil-Dalil Syahadatain. [Online]. Tersedia: http://iqraku.blogspot.com/2010/11/dalil-dalil-syahadatain.html. [21 Maret 2015]