Totalitas Syahadatain
I Am A Muslim
(kejoraYfitriyani.blogspot.com)
Jikala malam sunyi,bani insan tenggelam
dalam mimpi
Musafir yang malang ini pergi membasuh diri
Untuk menghadap-Mu, oh Tuhan
Lemah lututku berdiri…dihadapanMu,
tangisanku keharuan
Hamba yang lemah serta hina
Engkau terima jua mendekati, bersimpuh di
bawah duli kebesaran-Mu
(Hijjaz: Munajat Seorang Hamba)
Insan yang bersaudara karena Allah
Sejarah
mencatat dalam perjuangan cahaya Islam. Persaudaraan yang begitu indah, namun
tidak lepas dari ujian keimanan. Mereka adalah Muhajirin dan Anshar. Bagaimana
dawai persaudaraan ini terajut dengan indah?
Itulah cinta karena Allah. Mereka
bersama karena Cinta di atas Satu Cinta.
Cinta dengan kesadaran dalam memahami
konsekuensi dari kalimat Cinta yang diucapkan. Syahadatain.
Ikatan yang membawa orang-orangnya untuk
berkorban. Karena Cinta meminta segalanya dari jiwa yang sedang menyelam
dalam keindahan samudera rasa tanpa tepi.
Kini
saatnya kita bertanya, apakah Syahadatain yang kita ucapkan telah
menjadi cinta?
Iman dan Islamnya, terletak pada kekuatan
dan penghayatan Syahadatain dalam jiwanya, ketika kalimat ini menjadi motivator dalam kehidupan seorang
muslim.
Kita sama-sama telah mengetahui bahwa Syahadatain
merupakan dasar terpenting untuk tegaknya totalitas Islam. Islam akan runtuh
ketika rukun-rukunnya tidak tegak. Keempat rukun Islam tidak akan tegak jika Syahadatainnya
tidak tegak. Maka Syahadatain adalah syarat Tegaknya Syariat Islam. Bahkan, tidak akan
ada Islam ketika tidak ada Syahadatain. Ia laksana nyawa yang merupakan
nadi kehidupan seorang manusia. Kalimat La ilahaillallah Muhammadur Rasulullah, merupakan ruh aspek ajaran Islam. Allah berfirman dalam
menguji para Sahabat Rasulullah
....وَاَلْزَمَهُمْ
كَلِمَةَ الـتَّقْوى وَكَانُوا اَحَقَّ بِهَا وَاَهْلَهَا ۗ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً(٢٦)
“…Dan Ia mewajibkan mereka (ucapan)
perkataan menjaga keselamatan, karena mereka lebih berhak dengan itu, dan (memang mereka) ahlinya, dan adalah Allah
mengetahui tiap-tiap manusia.” (QS.Al-Fath;26)
Dalam Tafsir Jalalain, yang dimaksud dengan
“Kalimat Takwa” tidak lain ialah kalimat Syahadatain. Sebab tanpa Syahadatain
tidak ada taqwa.
“….Allah menjadikan kamu cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan..”(Al-Hujuraat;7).
Inilah muslim, predikat sepanjang masa yang
tidak akan pernah kita lepaskan hingga
maut menjemput. Katakanlah “Aku
Bangga menjadi Seorang Muslim dan Saksikanlah bahwa Aku Seorang Muslim”. Barangsiapa
mencintai Allah, maka tentu ia harus mengakui kerasulan Muhammad Saw sebagai
Rasulullah. Karena itu tegakkanlah Syahadat Lailahaillah dengan Syahadat
Muhammadurrasulullah. Kedua kalimat ini satu sama lain saling berkaitan
erat, maka tidak boleh dipisahkan.
Mengakui Tidak ada Sesembahan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah. Kata Ilah ( اِلَهٌ ) tediri dari huruf ( الْاَلِفُ, اللاّمُ و الْهَاءُ ) kata Ilah mempunyai beberapa Arti
yang saling berkaitan. Kaidah dalam
bahasa arab menetapkan bahwa kalimat yang mempunyai pertalian maka satu sama
lain berkaitaan. Apabila kita menyakini Lailahaillallah
berarti kita harus mengakui Muhammadurrasulullah.
Makna Ilah berarti Yang
Disembah, maka kita harus ingat terhadap
dasar kata ‘Abada’
(عَبَدَ) yang dari segi bahasa terdiri dari
huruf-huruf ( والباء , العين, والدّال). Ketiga huruf tersebut mengandung arti
ü
اَلْعَبْدُ => Dialah yang menjadi raja, pemimpin seluruhnya
ü
اَلْعِبَادَةُ =>
Tata serta merendahkan diri
ü
اَلْمُعَبَّدُ => Yang disembah,
yang dimuliakan, yang diagungkan
ü
عَبَدَ بِهِ => Menghambakan diri
Makna yang berbeda dalam setiap komponen tersebut ternyata terdapat
pertalian umum satu sama lain, sehingga seorang manusia tidak bisa melepaskan
diri dari pengertian pengabdian kepada
Allah. Maka perkataan المَعْبُودُ yang mudah- mudahan sering kita dengar,
memberi arti Maha Kuasa, Maha Raja, yang ditaati, dan Maha Agung termpat
bergantung segala sesuatu.
I Am A Muslim
I am A Muslim. and God I praise, for all His blessing, my voice I raise.
In One God I believe, no equel has He, Lord of the universe,
compassionate to me
The holy Quran , to life is my guide and Islam my religion, to the right
path it leads.
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلهِ النَّاسِ (الناس ١-٣)
Katakalah:
“Aku berlindung kepada Pemeliharanya manusia, Raja manusia. Tuhan bagi manusia”
Kata Rabb
(رَبٌّ) mengandung beberapa pengertian.
v
Pemelihara anak/pemelihara kebun. Bertugas
sebagai pemelihara, penjaga, pengasuh segala urusan yang berhubungan dengan anak
dan kebun.
v
Pemimpin atau pembela ummat.
v
Majikan yang menjaga dan mengawasi rumah atau
pemiliknya. Bila diisbatkan kepada Dzat Illahi, maka pada hakikatnya Allah
merupakan Raja dari segala makhluk.
Maka jelas
apabila seorang muslim mengatakan La Ilaha Illah Allah, totalitas
hidupnya harus diatur oleh Allah. Allah
sebagai Raja, tidak boleh taat kepada selain-Nya dan hakim untuk manusia, Dia
juga pembuat undang- undang (Syari’at),
tidak ada kekuasaan atas undang-undang itu melainkan Dia.
Selain dari
memahami ma’na La Ilaha Illah Allah, kita perlu memahami ma’na ‘asyhadu’.
Menurut bahasa Asyhadu mengandung tiga pengertian.
v
Melihat kebesaran Dzat yang Maha Tinggi
yang diistilahkan oleh al-quran
يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُوْنَ.
“Yang disaksikan oleh al-muqarrabun” (Al-Mutaffifi:21)
v
Mengakui menjadi saksi terhadap Ketuhanan
Allah
وَأَشْهِدُوْاذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكمْ (الطلاق ٢)
“Dan hendaklah kamu adakan dua saksi yang adil dari
kamu”
(QS. Al-Thalaq;2)
v
Berarti Sumpah.
Maka ketiga makna Asyhadu merupakan kesatuan
yang saling melengkapi. Manusia dianggap telah bersumpah apabila ia telah bertasyahud.
Kewajiban Menegakkan Syahadat dengan
Mengikrarkan
secara Zhahir
Kalimatun
Thoyyibah " لاَ
اِ لهَ اِ لاَّ ا لله " terdapat dua kandungan
rukun, yaitu An-Nafyu (penafian) dan Al-itsbat (penetapan). Perkataan Syaikh Muhammad
al-Sanusi,tentang wajibnya ikrar syahadat bagi Muslim Kauni atau Muslim
Keturunan
فاَعْلَمْ اَنَّ النَّاسَ عَلَى ضَرْبِيْنَ مُؤْمِنُ وَكاَفِرٌ أَمَّا الْمُؤْمِنُ بِاْلأَصَالَةِ فَيَجِيْبُ عَلَيْهِ اَنْ يُذْكَرَهَا فِى الْعُمُرِ مَرَّةً وَاحِدَةً يُنْوِى فِى تِلْكَ الْمَرَةِ بُذْكَرَهَا الْوُجُبُ وَ إِنْ تَرَكَ ذَلِكَ فَهُوَ عَاصٍ.
“ Ketahuilah,bahwa manusia terbagi
menjadi 2 golongan mu’min dan Kafir,adapun mu’min ( yang berstatus keturunan ),
maka wajib mengucapkan dua kalimat syahadat sekali seumur hidupnya yang
diniatkan untuk menjalankan kewajiban syariat lainnya,dan jika ia menolak (
enggan bersyahadat ), maka dia telah bermaksiat. [Dikutip dari buku Menegakkan Syariat Syahadat,penulis
oleh Umar Zia ul Haq]
Maka jika
kita berpihak pada Syaikh Muhammad al-Sanusi, jelas bahwa ikrar kita adalah peneguhan janji yang
telah kita ucapkan dahulu di alam ruh.
Disinilah kita pahami konsekuensi ikrar Syahadat kita, adalah
untuk menjalankan kewajiban syariat lainnya.
Dear Allah
Blaming thee for all our pain
We take Your holy name in Vain
Yearning to be Free
We turn
away from Thee
|
شهد- يشهد – شها د ة – مشا هد ة (ج شهود)
Makna
Syahadat : Persumpahan
atau Persaksian ( Bersumpah atau Bersaksi )
Makna keseluruhan adalah Pengakuan, Pembenaran,dan
keyakinan bahwa Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Swt tiada
sekutu bagi-Nya. Hakikat Laa ilaha Illallah.
شَهَا دَ ةُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهُ اَ عْتَقِدُ اَ نَّ ا للهَ وَا حِدٌ لاَ شَرِ يْكَ لَهُ فِى عِبَا دَ تِهِ وَ لاَ فىِ مُلْكِهِ
“Syahadat dengan mengucapkan Laa ilaha Illallah ialah mengakui bahwa Allah adalah Esa & tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah & pemerintahan-Nya “
شَهَا دَ ةُ اَ نْ لاَ اِ لَهَ اِ لاَّ ا للهُ اَ عْتَقِدُ اَ نَّ ا للهَ وَا حِدٌ لاَ شَرِ يْكَ لَهُ فِى عِبَا دَ تِهِ وَ لاَ فىِ مُلْكِهِ
“Syahadat dengan mengucapkan Laa ilaha Illallah ialah mengakui bahwa Allah adalah Esa & tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah & pemerintahan-Nya “
Kandungan makna syahadat bahwa nilai
dasar syahadat yang syar’i ialah yang
menuntut pembersihan aqidah dari syirik Uluhiyah dan syirik Mulkiyah.
Maka jika tidak terpenuhi dua aspek ini, dianggap masih berstatus musyrik, sebaliknya
seorang dikatakan muwahid jika hanya mentauhidkan Allah pada aspek Uluhiyah
dan aspek Mulkiyah.
Islam Is…a
way of life
Islam is…a
journey, so complete it
Islam is…a
struggle, fight for it
And Islam is
a goal…achieve it.
Islam Is…?
1.
Bil lisan (
dizahirkan dengan ucapan lisan ) : إقرار بالسان
2. Bil Jamaah ( bergabung dengan Jamatul Muslimin sebagai Daulah
penegak perjuangan syahadat ),sebagaimana dalil hadits Rasul
“ Tidak halal ( haram ) bagi seseorang muslim darah & hartanya yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kecuali dengan 3 perkara….. diantaranya
“ Tidak halal ( haram ) bagi seseorang muslim darah & hartanya yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kecuali dengan 3 perkara….. diantaranya
( salah satunya ) yaitu meninggalkan dinnya (keyakinan
) & keluar dari jamaah.”
( H.R Muslim )
3.
Bil Syuhada (
Menghadirkan seorang saksi ), yang dimaksud saksi disini dalam konteks
bersyahadat ialah sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsir Al-Qurthubi Asy-syahid
الشاهد ialah yang mengetahui sesuatu dan
menjelaskannya dalam hal ini tentang keesaan Allah. Adapun yang dimaksud syahid
disini ialah Ulul ilmi ( orang yang mengetahui akan kebenaran syahadat
laa ilaha illallah yakni , para Nabi dan Orang-orang beriman yang bertauhid
).
4.
Bil Amali
bimaqtadoha ( Mengamalkan tuntunannya ) yaitu berupa komitmen
dengan Tauhid dan meninggalkan kesyrikan serta mengkufuri Thagut.
“...Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (SQ. Al-Baqarah ;256)
“...Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (SQ. Al-Baqarah ;256)
Sampai disini, semoga Allah memberikan ampunan
kepada diri hina ini untuk meneruskan rangkaian kata yang semoga menjadi
penguat jiwa,menjadi obat bagi yang
lara.
Bismillahirahmanirrahim…with feet to take me
where I’d, with eyes to see the sunset’s glow, with ears to hear what I’d know. Light for the way. Ya Allah izinkan kami
terus melanjutkan perjalanan ini untuk menegakan Kalimat-Mu.
Cahaya Syahadatain
Kita kembali kepada Cahaya Syahadatain.
Kandungan makna yang terangkai indah pada Syadatain adalah Menafikan ( meniadakan ) yakni kalimat Laa ilaaha ( Tidak ada
sesembahan) dan
Al-itsbat (penetapan) hanya Allah saja satu-satunya Abdian
Al-ma’bud.
“ Maka Barangsiapa yang Ingkar atau
Kafir pada Thagut (bermakna
rukun pertama /menafikan ) dan hanya
beriman kepada Allah (bermakna rukun kedua /menetapkan) (QS. Al-Baqarah; 256).
Adapun Kandungan Syahadat ( Madlulul
Syahadah ) kita bisa membuka Qs: Ali-Imran (3) ayat 18 dan 81. Ayat ini menunjukan Iqrar yakni Ikrar yang berisi pernyataan atau proklamasi
berupa pembebasan diri dari ikatan jahili kepada ikatan islami. Al-Qasam
yakni Ikrar yang
mengandung sumpah,dengan mengakui kebenaran tauhid dan menjalankan tuntunannya terdapat dalam Qs: 63: 1-2. Dan Al-Mitsaq Ikrar yang
mengandung perjanjian,yaitu mengikhlaskan beribadah kepada Allah dengan tidak
menpersekutukan-Nya Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya
yang telah diikatkan kepadamu, ketika kamu mengatakan, “Kami mendengar dan kami
mentaati.” Dan bertakwalah kepada Allah sungguh Allah Maha Mengetahui segala
isi hati” (Qs:Maidah:7). Maksud perjanjianNya adalah
perjanjian akan mengikuti Nabi dalam segala keadaan yang diikrarakan ketika baiah
(prasetia).
Subhanallah, begitu dalam
konsekuensi dari pengucapan Syahadatain. Andai bukan karena Rahmat Kasih
SayangNya , tentulah diri ini tiada terarah. Sejenak kita renungkan pesan penuh makna ini.
“Wahai
anakku!...
Dunia ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaan-Nya
tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan
menyebut nama Allah. Jadikanlah ketakutanmu pada Allah sebagai
kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu,
logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda
perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.”
(Ali bin Abi Thalib ra)
Sekarang marilah kita berlayar dengan kapal Tauhid dan nahkoda ilmu pengetahuan dalam mengarungi lautan Cahaya Syahadatain. Bagaimana Fadhoilusy Syahadah (Keutamaan Syahadatain). Syahadatain merupakan Madkhalu ila Islam/ اَلْمَدْخَلُ إِلَى إِلإْسَلاَم yaitu Pintu Masuk Islam., Khalashatu Ta’alimil Islam خَلاَصَةُ تَعَالِيْمِ اْلإِسْلاَم (Ajaran Pokok Islam), Asasul Inqilab أَسَاسُ اْلإِنْقِلاَب yakni Nilai Dasar Perubahan (Qs: 6 : 122) dan Syahadatain merupakan Haqiqatu Da’wah ar-Rusul حَقِيْقَةُ دَعْوَةِ الرُّسُلِ (Hakikat Dakwah Para Rasul dalam Qs : 21: 25) serta Fadhailu ‘Adzimah فَضَائِلُ عَظِيْمَة Keutamaan yang Agung.
Sekarang marilah kita berlayar dengan kapal Tauhid dan nahkoda ilmu pengetahuan dalam mengarungi lautan Cahaya Syahadatain. Bagaimana Fadhoilusy Syahadah (Keutamaan Syahadatain). Syahadatain merupakan Madkhalu ila Islam/ اَلْمَدْخَلُ إِلَى إِلإْسَلاَم yaitu Pintu Masuk Islam., Khalashatu Ta’alimil Islam خَلاَصَةُ تَعَالِيْمِ اْلإِسْلاَم (Ajaran Pokok Islam), Asasul Inqilab أَسَاسُ اْلإِنْقِلاَب yakni Nilai Dasar Perubahan (Qs: 6 : 122) dan Syahadatain merupakan Haqiqatu Da’wah ar-Rusul حَقِيْقَةُ دَعْوَةِ الرُّسُلِ (Hakikat Dakwah Para Rasul dalam Qs : 21: 25) serta Fadhailu ‘Adzimah فَضَائِلُ عَظِيْمَة Keutamaan yang Agung.
Fadhailu’Adzimah diantaranya Mendapat Petunjuk, “ Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan syirik, mereka itulah
orang-orang yang mendapat rasa aman dan
mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am;82), Mendapat Syafaat, “Dan orang-orang
yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat Syafaat (pertolongan di
akhirat),kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka menyakini.”(Q.S
Az-Zukhruf;86).
Hadits Rasulullah Saw
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَ ا للهُ
وَهُوَ يَعْلَمُ دَخَلَ الْجَنَةَ
“
Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaha illallah sedangkan ia mengetahui ( ilmu
& Tuntunannya ) niscaya masuk syurga “ (H.R Muslim )
Serta masih banyak lagi ayat-ayat lain maupun
Hadits Rasululah yang menyatakan tentang keutamaan Syahadatain.
Syahadatain Haqiqatu
Da’wah ar-Rusul
“Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya,
bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku”
(QS.Al-Anbiya’:25)
Dari Shirah Nabawi, kita coba
memahami bahwa da’wah hidup melalui pemaknaan konsekuensi Syahadatain. Ruh-ruh Illahi yang disuburkan. Ruh bernama Ihtimaam,
kepedulian. Kepedulian, untuk ikut
berjuang menegakkan kalimatullah. Kita yang telah mengikrarkan Syahadatain
masihkan akan membiarkan barisan ini hanya dipikul oleh beberapa orang saja?
Ingatkah pada kaum Nabi Musa yang
mengatakan, “Pergi berperanglah kamu bersama Tuhanmu, kami duduk-duduk
menunggu di sini.”. Mungkinkah kita
selama ini ada didalamnya? Ya Allah maafkan kami Semoga Allah memaafkan
kekhilafan ini.
Kita tengok sejenak pada suatu malam yang penuh pengakuan dari pelaku
‘Aqabah. Ia Ka’b ibn Malik menuturkan “ Kami tidur di tengah rombongan kaum
kami. Setelah lewat sepertiga malam, kami keluar dari rombongan menuju tempat
yang sudah kami janjikan untuk bertemu Rasulullah Saw. Masing-masing dari kami satu persatu berjalam
mengendap-endap dengan langkah hati-hati, hingga akhirnya kami berkumpul di
Bukit ‘Aqabah.”
Subhanallah,,, begitulah dengan jiwa-jiwa yang teguh pada pilihannya, sebelum ikrar
diucapkan ia telah memahami konsekuensi dari pilihannya untuk bersyahadat.
Bahkan sekalipun ia harus mengendap-endap menuju bukit ‘Aqabah. Mengapa
‘Aqabah yang dipilih untuk menjadi tempatnya? Karena ‘Aqabah merupakan tempat yang strategis. Surat
Al Balad memberikan jawabannya ayat 11-17, kata
‘Aqaba’ dalam ayat ini mempunyai
terjemah ‘Mendaki lagi Sukar’.
Pertimbangan lokasi yang sempurna. Jalan menujunya mendaki lagi sukar, dan
mungkin sempit karena Ka’b mengatakan mereka
sampai harus mengendap satu persatu. Bahkan Mendaki lagi sukar yang
sesungguhnya, akan lebih teras ketika dijalani dalam komitmen
kehidupan, jejaknya dalam menempuh Jalan Dakwah.
Disinilah kita mempunyai salah satu contoh “Konsekuensi Syahadat” .
“Berangkatlah
kalian baik dalam keadaan merasa ringan
ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di
jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.”
(Qs. At-Taubah;41)
Kisah Perjalanan Dakwah Rasul tersebut memberikan pelajaran kepada kita
semua, Mampukan kita berbuat hal yang sama?
How Loyal are You to Allah?
For Allah
Lord of the universe,who is one
Is for Muhammad, peace be upon him
Is for Quran, a blessing and guide for all of mankid perfect for present,
future, and past
Is for Ummah, the brotherhood of Islam made it sound
And is for life, a precious gift from Allah, don’t waste it, he know what
you do, don’t chase pleasure or forget Allah,no matter how little, say
Alhamdulilah and praise Him with Subhanallah, to Tawheed and Victory Laa ilaaha
illallah. His guidance in everything you do.
Islam is not for the dead, live it. This is
a beautiful way of life, see it.
A message for you all my brotherhood “Islam is love, love it.
No matter how many times, we draw on sand with sinfulness, You Allah,
washes them away, with sea waves of Forgiveness. ;)
Ya Allah..
Engkau mengetahui hati-hati ini telah berhimpun untuk mencurahkan
mahabbah hanya kepada-Mu, telah berjumpa dalam taat kepada-Mu, telah bersatu
dalam menyeru dakwah dijalan-Mu, telah
berjanji setia dalam membela Syari’at-Mu, teguhkanlah Ya Allah ikatannya,
kekalkanlah cinta kekasihnya. Tunjukilah jalan-jalnnya, penuhilah hati-hati
tersebut dengan Cahaya-Mu yang tidak pernah padam. Lapangkanlah dada-dada kami
dengan kelimpahan iman kepada-Mu dan kebaikan tawakal kepada-Mu. Hidupkan dengan ma’rifah-Mu, Matikan dalam
keadaan Syahid di jalan-Mu. Engkaulah sebaik-baik penolong dan pelindung.
Ya Allah kabulkanlah.
Bandung, 21 Maret 2015
Dafpus:
Departemen Agama RI. 2012.Robbani
al-Quran perkata, ajwid,dan warna. Jakarta. Surprise
A.Fillah, S. 2012. Saksikan bahwa Aku
Seorang Muslim. Yogyakarta. Pro-U Media.
Dewi,D. 2009. The Inspiring Words.
Bandung. Khazanah Intelektual
Rais, H,S dan Almahendra,R. 2014. 99
Cahaya di Langit Eropa.Jakarta. PT. Gramedia
NN. 2010. Dalil-Dalil Syahadatain. [Online].
Tersedia: http://iqraku.blogspot.com/2010/11/dalil-dalil-syahadatain.html. [21 Maret 2015]
Tidak ada komentar :
Posting Komentar