Elegant Rose - Working In Background Coretan NiiFiYa: Mei 2016

Senin, 30 Mei 2016

Dan…nantikan sebuah senyuman



Dan…nantikan sebuah senyuman

Ya Allah,
Sesungguhnya Kau uji aku dengan nikmat-nikmat
Lalu aku bisa besyukur, itu lebih aku sukai,
Daripada Kau uji aku dengan musibah-musibah, lalu aku harus bersyabar
(Abud Darda’, Radhiyallahu ‘Anhu)
Sahabatku…
Suatu ketika, disaat kita menghadapi sebuah masalah besar akan tersirat sebuah keputusasaan dalam  menjalaninya. Setiap orang mempunyai cerita yang berbeda, begitupun kesan dalam penyelesaian masalahnya. Satu hal yang mungkin akan sama kita pernah menjalaninya. Meneteskan Airmata!!! Entahlah air mata sebuah kekuatan, air mata kelemahan, air mata keputus-asaan atau bahkan mungkin air mata penyesalan. Sangat manusiawi, menumpahkan beban dengan air mata.
Percayalah sahabatku, ketika kita mampu menghargai setiap tetesan airmata yang meleleh dipipi jika  disyukuri sebagai nikmat Allah, niscaya kita akan menemui sebuah senyuman. Kadang, kita terlalu cepat dalam menilai sebuah masalah. Menjadikan masalah sebuah beban bahkan masalah dijadikan sebuah moment menyalahkan diri. Menghukum diri sendiri atas kesalahan yang terjadi. Sadarilah sahabatku…bahwa air mata adalah bak air penyejuk dalam menjalani hari-hari yang penuh kegersangan. Bukankah dengan hal kecil ini, akan lebih bermakna jika kita mampu memaknainya tidak sederhana tapi penuh dengan pemikiran besar, bahwa setiap hal adalah Istimewa.
Resah dalam langkah. Semakin rapuh dalam perjalanan akan kita temui dalam kehidupan. Lelah, merasa hidup tanpa arah tanpa tujuan, akan menjadi hiasan dalam proses perjalanan, tenanglah teruslah melangkah dan nantikanlah sebuah senyuman yang indah.

Senin, 23 Mei 2016



Meluruskan Langkah…
Tertulis indah rangkaian naskah cinta dari segala kebaikan sang pembawa Cahaya Rasulullah Saw. Setiap perkataan, perbuatan, dan tindakannya selalu mengajarkan hikmah bagi kita yang ingin meneladani kehidupan manusia pembawa cahaya untuk dunia. Dikabarkan dari Amirul Mukminin Abi Hafsh, Umar bin Khattab sebuah kepastian yang semestinya menjadi pijakan dalam hidup ini. Kita tentu sudah tidak asing dengan sebuah hadits tentang “Pahala Amal itu Tergantung Niatnya”.
Amirul mukminin  Abi Hafsh, Umar bin Khattab ra berkata. “Saya mendengar Rasulullah saw, bersabda, ‘Sesunggguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya maka ia akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya menuju dunia yang akan diperolehnya atau karena wanita yang akan dinikahinya, ia akan mendapatkan apa dituju”. (Diriwayatkan oleh dua ahli hadits:  Abu Abdullah Muhammad Ismail bin Mughirah bin Bardaubah Al-Bukhari dan Abu Husain Mislimbin Al-Hajj bin Muslim Al-Quraisy An-Nasaiburi, didalam kitab yang paling Shahih diantara semua kitab Shahih).
Masya Allah sahabatku, begitu lembut Rasul menyampaikan hikmah kepada kita. Bila kita cermati secara seksama makna hadits tersebut, maka jelaslah apa yang akan kita dapatkan adalah sesuai dengan apa yang kita niatkan.
            Begitu terasa sulit langkah pertama untuk menggoreskan tetesan tinta ini. Dalam ketidaktahuan, memulai sebuah kata. Menggores pena ini, terasa tak pantas rasanya. Tapi…dunia mengajarkan untuk kita selalu berputar berjalan di semesta Tuhan, bahkan setiap saat kita dibawa berjalan mengelilingi luasnya Rahmat Illahi karena hidup bukan untuk diam.
Marilah kita sejenak meluangkan waktu memeriksa kembali tujuan kita selama ini. Hadirkan hati yang damai, hati yang tanpa sedikit pun terdapat sebuah kegelisahan, hadirkanlah sejenak. Kita mulai menata hidup kita, dengan mengenali sejauh apa kita telah melangkah ke tempat tujuan.
            Sahabatku….memulai sebuah langkah dalam perjalanan, itu adalah kunci sebuah ketercapaian. Marilah kini tentukan akan dibawa kearah manakah perjalanan hidup kita? Menapaki langkah mulia sang  pembawa pelita yakni Rasulullah saw, ataukah melangkah tanpa sebuah sejarah?
“Hidup kita dalam genggaman Allah, tapi tujuan hidup, kita yang menentukan dalam Ikhtiar”
            Jika tujuan hidup kita salah, tentulah langkah kita  juga salah. Oleh sebab itu, marilah kita menetapkan tujuan mulia hidup ini. Berjalan dalam cahaya kebenaran. Allah! hanya Allah tujuan hidup kita.
            Jangan pernah mengeluhkan ketidakmampuan! Karena kita tercipta dari Kehendak Allah yang Maha Kuasa. Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya, dalam kedekatan-Nya, Ia mendampingi langkah kita sepanjang perjalanan. Namun, seringkali kita dijauhkan dengan keluhan-keluhan yang hanya menyesakkan hati. Merasa ketidakadilan Tuhan. padahal seandainya sedikit saja kita jujur pada hati, bahwa Dia tidak pernah mengecewakan. Masih terlalu bodoh diri ini, untuk membuka tabir cahaya Illahi. Sungguh, sekali lagi Dia Maha Penyayang, Dia tetap mengajarkan kita untuk belajar.
Dari alam yang selalu memberikan pelajaran untuk dipikirkan. Dari setiap kejadian yang menjadikan kita dewasa.
 Kita  sering disibukan dengan sebuah penilaian tentang ketidakadilan hidup. Kehidupan yang dijalani tidak sesuai dengan harapan, senyuman yang akan kita lukiskan begitu saja memudar, dan sebuah penantian tidak kunjung datang. Tenanglah sahabatku…jangan kau penuhi dengan sangkaan-sangkaan yang membuat hatimu terus gelisah.
Pernahkah kita berpikir, seandainya apapun yang kita ingikan akan terwujud, lantas bagaimana cara kita untuk belajar ikhtiar?
Dalam setiap masalah, Allah mengajarkan hikmah. Ketika kehilangan dalam bingkai itulah Allah mengajarkan kita tentang keikhlasan.
Allah menghadirkan pilihan agar kita belajar untuk  memutuskan. Allah menjadikan permulaan  kehidupan agar kita mempunyai tujuan sebuah akhir kehidupan.
Sahabatku…
Apa tujuan hidup kita selama ini? Apakah selama ini kita telah melupakan tujuan itu?  Marilah sejenak hening untuk memeriksa kembali dan menanyakan pada diri apakah tujuan hidup ini?

Minggu, 22 Mei 2016



Merindukan Kematian
Adakah insan yang merindukan kematian?
Sebuah kepastiaan dari Tuhan seluruh alam. Allah Swt. Tentang sebuah tahapan yang tidak dapat lagi ditawar dengan apapun. Tangisan dikala itu tiada berarti disaat malaikat yang patuh pada Rabb-nya bersiap menjalankan tugas. Sekian banyak uang tidak akan pernah mampu untuk membayar malaikat itu menghentikan kewajibannya. Seandainya malaikat bisa disupa.. emmmm mengkhayal! Kedudukan  yang dihormati tidak akan pernah sedikit pun memberikan manfaat untuk menunda sebuah ketentuan yang telah ditetapkan. Kematian!
            Tahapan yang pasti dialami oleh setiap manusia bahkan setiap makhluk yang bernyawa. “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS.Ali-Imran:185)
Tahap berpisahnya ruh dan jasad inilah yang dinamakan kematian. Kematian inilah yang menjadi awal kehidupan yang sesungguhnya. Kematian adalah gerbang kehidupan.
“Bagaimanakah (keadaaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dengan punggung mereka?” (QS. Muhammmad:27)
Kehidupan Kedua adalah Kehidupan yang Berbeda
Kehidupan dalam kekekalan. Indah bahagia atau menderita untuk selama-lamanya. Inilah kehidupan yang paling indah bagi siapa yang mengusahakan untuk mendapatkan keindahnnya. Menjadi kehidupan paling buruk bagi yang mengalami atas apa yang telah diusahakannya selama keberadaan diri di dunia fana.
Antara kehidupan  pertama dan  kehidupan kedua adalah dua kehidupan yang berbeda!
Pada hari itu…sebuah kehidupan yang membuat kata tidak mampu melukiskan keindahannya. Sebuah tempat yang tidak pernah ada di dunia. Surga. Tempat terindah yang disiapkan Allah untuk hamba-Nya yang telah melalui fase-fase kehidupan dengan petunjuk-Nya.
Biarlah surat Cinta dari-Nya mewakili untuk melukiskan bagaimana keindahan sebuah tempat bernama surga.
Dan (didalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik, sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Waqiah : 22-24)
 “Dan apabila kau melihat disana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai kenikmatan dan kerajaan yang besar.” (QS.Al-Insaan:20)
“Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.”(QS. Ar-Rahmaan:84)
“Dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (QS.An-Nissa:59)
“Buah-buahnya dekat”(QS. Al-Haaqah:23)
 “Di dalam surga ada sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” (QS.Muhammad:15)
 “Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir. Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.” (QS. Al-Waaqi’ah:17-19)
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa kedalam surga berombong-rombongan (pula), sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkata-katalah penjaganya kepada mereka, ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atas kalian; berbahagialah kalian; maka masukilah surga ini, sedang kalian kekal didalamnya. mereka mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini, sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga dimana saja kami kehendaki’. Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.” (QS. Az-Zumar:73-74)
Maha Karya Sang Pencipta begitu mengguncang dunia tentang keindahan salah satu dari kenikmatan yang ada di dalam Surga.  Terbayangkah sahabatku bagaimana sebuah keindahan dari Surga. “Maka nikmat  Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?” Begitulah pertanyaan dari Rabb kita. 

Rabu, 18 Mei 2016



C

 Cari Kejujuran dalam Dirimu dan Temukan Jawabannya
Aku tidak tertarik siapa dirimu, atau bagaimana  kau tiba di sini.
Aku ingin tahu apakah kau mau berdiri di tengah api bersamaku dan tak mundur teratur.
Aku tidak tertarik dimana atau dengan siapa kau belajar.
Aku ingin tahu apakah yang menjagamu dari dalam, saat segala hal berjatuhan.
Aku ingin tahu apakah kau bisa sendirian bersama dirimu dan apakah kau benar-benar menyukai temanmu di saat-saat hampa.
(Jean Houston, A Passion The Possible)

“Aku ingin tahu apakah yang menjagamu dari dalam, saat segala hal berjatuhan”
Hal apa yang pertama kali  sahabat dipikirkan saat membaca kalimat ini? 
Berbeda dari yang lain. Kemungkinan ini salah satu  jawaban dari banyaknya kemungkinan lainnya.
Berbeda dari lain. Terasing. Tidak biasa. Sudah jarang. Terkadang tidak menguntungkan. Sulit dicari  dan tidak mudah dijalani. Berbicara apakah itu? Kejujuran.
Berbicara sebuah kejujuran. terlintas tanya dimanakah kini letak  nilai sebuah kejujuran? masihkan ada orang yang berpegah teguh terhadap sebuah kejujuran?.
Sahabatku…
            Ketika kau bertanya tentang kejujuran itu, dan  jika kau tidak menemukan orang yang dianggap jujur, maka disaat itulah dunia percaya bahwa engkaulah seseorang yang mampu jujur, jujur pada diri sendiri, jujur pada orang-orang disekitar kita. Jujur dengan apa yang kita lakukan, jujur  melangkah membawa cahaya dan risalah agung untuk disampaikan pada dunia yang kini mengharapkan kehadiran seorang pembawa pelita.
Kejujuran kadang tidak selamanya sesuai dengan harapan kita. Tapi percayalah pada hakikat sebuah kebenaran adalah kebaikan. Allah tidak pernah menyia-nyiakan sebuah kebaikan. Bukankah tidak ada yang lebih menepati janji-Nya? Dia telah berjanji bahwa balasan kebaikan adalah kebaikan pula. Sungguh janji agung itu adalah sebuah prinsip hidup untuk istiqomah dalam kebenaran.
Sahabatku…
Jangan pernah menyalahkan keadaan, bahkan sampai berani menyalahkan Tuhan. Tapi bukan berarti pula, kita berhak menyalahkan diri sendiri. Berhentilah kawan! Berhenti untuk menyalahkan apa yang kau anggap salah. Bukan saatnya kita menyalahkan apapun atas apa yang terjadi saat tidak seperti yang kita inginkan. “ Woyy…Ngomong sih gampang, menjalaninya yang susah.” Terus harus bagaimana? yang harus kita lakukan  salah satunya adalah berpikir bagaimana untuk menjadikan semua hal ini menjadi sesuatu yang bermamfaat sebagai perbaikan dan pelajaran yang berharga,  sesuatu yang tidak mungkin kita dapat dengan mudah.
Usaha kita dihargai Allah sahabatku…
Di hutan, kulihat dua cabang jalan terbentang
Kuambil jalan yang jarang dilalui orang
Dan itulah yang membuat segala perbedaan
(Robert Frost, The Road Not Taken)

Tiada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula. Tiada kebaikan kecuali  diawali sebuah kejujuran. Jika kita tidak mampu untuk melihat hikmah dari kejujuran kita dihari ini, percayalah dan nantikanlah sebuah rahasia besar yang akan terungkap disuatu hari nanti. Sebuah cahaya kebenaran dan permata  berharga  akan kita dapat dengan kejujuran. Setiap hal yang kita lakukan akan selalu dipertanggungjawabkan dihadapan Illahi. Cukuplah kita mengharapkan penilaian dari Allah. Dzat yang Maha Kuasa Menyaksikan sesuatu yang tidak dilihat  oleh makhluk. Jika hidup terus mengharapkan penilaian  manusia, yang kita temukan  hanyalah kelelahan, kelelahan yang tidak akan pernah bisa terpenuhi oleh pujian-pujian sesaat. Jika dunia ini hanya bisa menawarkan sebuah kelelahan, maka pilihlah kelelahan yang membawa manfaat, sebuah kelelahan yang membuat kekal dalam keabadian. Lelahkanlah dirimu dalam menegakan keadilan, kelelahan dalam menyampaiakan kebenaran, dan kelelahan lainnya yang akan bersaksi dihadapan Tuhan. Saat kita lelah, segera tanyakan pada diri, “untuk apa telah kugunakan tenaga ini hingga lelah ini hadir? Apakah lelah ini di jalan Allah atau lelah yang hanya merugi?” Tanyakan pada hati, jawab dengan kejujuran dan temukan jawabannya.