Totalitas Syahadatain
Jikala malam sunyi, bani insan tenggelam dalam mimpi
Musafir yang malang ini pergi membasuh diri
Untuk menghadap-Mu, oh Tuhan
Lemah lututku berdiri…dihadapanMu, tangisanku keharuan
Hamba yang lemah serta hina
Engkau terima jua mendekati, bersimpuh di bawah duli kebesaran-Mu
(Hijjaz: Munajat Seorang Hamba)
Cinta di atas
Satu Cinta
Sejarah mencatat
dalam perjuangan Islam yang bercahaya. Persaudaraan yang begitu indah, namun
tidak lepas dari ujian keimanan. Mereka adalah Muhajirin dan Anshar. Bagaimana
dawai persaudaraan ini terajut dengan indah?
Itulah cinta karena Allah. Mereka
bersama karena Cinta di atas Satu Cinta. Cinta dengan kesadaran dalam memahami konsekuensi dari kalimat Cinta yang
diucapkan. Syahadatain.
Rumus Kehidupan untuk menjawab
semua pertanyaan. Ikatan yang membawa orang-orangnya untuk berkorban. Karena Cinta meminta segalanya
dari jiwa yang sedang menyelam dalam keindahan samudera rasa tanpa tepi.
Kini saatnya kita bertanya, apakah Syahadatain yang kita
ucapkan telah menjadi cinta? Apakah ia telah menjadi rumus kehidupan untuk
menjawab semua persoalan?
Iman dan Islamnya, terletak pada kekuatan dan penghayatan Syahadatain
dalam jiwanya, ketika kalimat ini
menjadi motivator dalam kehidupan seorang muslim.
I am A Muslim. and God I praise, for all His
blessing, my voice I raise. In
One God I believe.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar